Resonansi Kebaikan dari Sang Pahlawan Jamban
Sangat wajar jika orang menginginkan barang yang asli. Tak mau yang palsu. Bahkan mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan barang yang asli.
Namun, tidak demikian dengan Amriatin dan Kiki. Meskipun mendapat yang palsu, cukup membuat mereka terharu. Akhirnya berjalan dengan 'kaki yang lebih bagus lagi' terwujud juga. Walau hanya dengan kaki palsu.
Namun, tidak demikian dengan Amriatin dan Kiki. Meskipun mendapat yang palsu, cukup membuat mereka terharu. Akhirnya berjalan dengan 'kaki yang lebih bagus lagi' terwujud juga. Walau hanya dengan kaki palsu.
Tidak jauh berbeda, kondisi ini dialami juga oleh Siti Rizqi Qodariah,
panggilannya Kiki. Siswi kelas 5 di SD Negeri di Saruni, Maja-Pandeglang
terlahir tidak memiliki kaki. Hingga akhirnya saat dirinya kelas 5 sekolah
dasar, datang bantuan berupa kaki palsu untuknya. Sekarang, Kiki tengah belajar
berjalan dengan ‘kaki barunya’. Tergambar binar-binar kebahagiaan dari wajahnya
kala mencoba berjalan.
Dalam tulisan ini saya akan menceritakan Kebaikan Berbagi yang
dilakukan oleh sang pengantar kaki palsu itu, yaitu Bu Indah Prihanande. Ya,
pengantar kaki palsu yang pada akhirnya menjawab impian Amriatin dan Kiki itu adalah
Bu Nenda. Sebab, ternyata, tidak hanya kaki palsu saja yang menjadi jalan
kebaikan yang dilakukan Bu Nenda, tapi ada banyak lagi.
Bu Nenda punya dua
anak. Anisa Latifadinar (21 tahun) yang saat ini kuliah di kampus di Banten,
dan Aisyah Latifadinar (15 tahun) yang saat ini duduk di bangku sekolah
menengah. Saya adalah guru si bungsunya. Nama Bu Nenda sangat terkenal di
kalangan guru meskipun bertempat tinggal beda kabupaten. Karena itu, saya
tertarik menggali lebih dalam kiprah beliau dalam bidang sosial kemasyarakat di
daerahnya.
Sang Pahlawan Jamban
Bu Nenda mungkin bukan wonder women, tapi bisa menolong banyak
orang. Kiprahnya dalam dunia perjambanan membuatnya dikenal sebagai pahlawan
jamban. Ya, selain memberikan kebahagiaan lewat kaki palsu, Indah Prihanande
juga melakukan proyek kebaikan lainnya dengan membuat ribuan orang bisa buang
air besar (BAB) di jamban. Ya, benar. Jamban.
Meskipun bangsa kita telah 74 tahun merdeka, namun masih banyak yang hidup
dalam keterbelakangan secara ekonomi dan kesehatan. Bahkan, untuk sekadar
memiliki jamban. Zaman now, apa masih ada yang tak punya jamban? Ada. Banyak,
malahan.
Awalnya, Bu Nenda berkunjung ke Desa Parigi di daerah kabupaten Pandeglang,
Banten. Untuk membayangkan letak Pandeglang, ingat saja tragedi tsunami Selat
Sunda pada penghujung tahun 2018 lalu, yang menewaskan semua personil grup band
Seventeen, kecuali sang vokalis.
Nah, saat berkunjung itu, di perjalanan tercium bau yang tidak sedap. Bau
tinja manusia. Sesampainya di sana, ketahuan bahwa masyarakat di sana masih
banyak yang masih belum memiliki fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang
mamadai.
Padahal, jamban kan merupakan hal yang urgen. Mereka tak punya jamban.
Warga di sana yang buang air besar sembarang (BABS). Di sana dikenal istilah
dolbon (modol di kebon).
Padahal, BABS ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan data World
Health Organization
(WHO) pada tahun 2018, Indonesia
menduduki peringkat kedua sanitasi terburuk setelah India. Sekitar 150 ribu
orang Indonesia meninggal akibat buang air besar sembarangan (BABS).
BABS juga memicu banyak penyakit seperti kolera, muntaber, polio, dan
hepatitis A. Belum lagi, sanitasi yang buruk bisa menyebabkan stunting atau
kondisi anak yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya. Jika
hal ini dibiarkan, maka kualitas generasi mendatang terancam.
Inilah kemudian yang menggerakkan hati Bu Nenda untuk totalitas memberikan
penyadaran kepada warga tentang bahaya BABS. Dia melepaskan pekerjaannya di
Jakarta sebagai direktur di perusahaan keuangan. Dari kerja yang nyaman,
ruangan kerja bersih rapi serta gaji besar pindah ke pekerjaan yang penuh
risiko, tantangan, dan pengorbanan. Rela berpanas, berpeluh, dan kerepotan
lainnya.
Pengorbanan yang tidak remeh. Setelah keluarga bisa diajak kompromi, rekan-rekan kerjanya tidak sedikit yang menyayangkan keputusannya. Namun, tekadnya sudah bulat.
Meskipun niatnya baik, tidak lantas ajakan Bu Nenda diterima dengan baik
pula. Sebabnya, warga sudah terlanjur menganggap hal itu –BABS- merupakan hal
biasa, tidak ada yang salah. Mereka telah melakukannya secara turun temurun.
Ibu Niah, misalnya. Di usianya yang
sudah 45 tahun, dia baru merasakan
buang air besar (BAB) di jamban. Selama ini, beliau dan hampir
semua warga di desanya buang air besar di kebun, sawah, dan ladang.
Dan kalau malam ingin BAB, mereka harus menggunakan obor atau penerangan
lainnya. Harus waspada jika bertemu dengan ular atau binatang berbisa lainnya.
Dia tidak secara sporadis mengatakan bahaya BABS. Untuk bisa mengubah
karakter warga, terlebih dahulu masuk ke dunia mereka. Bahkan, Bu Nenda harus
mau tinggal bersama mereka, untuk menjalin kedekatan dengan warga.
Kadang, saat tinggal bersama mereka, terpaksa harus ikut kebiasaan mereka.
Mau gimana lagi?
Pendekatan Bu Nenda berprioritas pada ibu-ibu. Mereka diajak arisan jamban.
Menyisihkan ribuan demi ribuan untuk arisan. Sampai satu persatu menang arisan
yang lantas dibelikan jamban.
Hal ini dilakukannya kampung demi kampung, desa demi desa. Satu dua orang
atau lembaga peduli dengan yang dilakukannya. Ada yang membantu materi atau
sekadar dukungan. Satu dua orang relawan anak-anak muda membantunya. Ikut ambil
bagian dari kerja sosial itu. Sekarang, Bu Nenda tak sendirian berjuang.
Hari demi hari, bulan pindah ke bulan, tahun berganti tahun. Tak dirasa
ternyata sudah 15 tahun lamanya Bu Nenda berjuang dalam perjambanan ini. Masya
Allah, sudah sejauh itu Bu Nenda berkiprah.
Sekarang, telah sekitar 10.045 jamban telah terbangun. Sudah 50 ribu jiwa
di Banten tidak lagi BABS.
Kini, warga bisa BAB dengan nyaman di rumah sendiri. Tak lagi buang air
besar sembarangan. Jika malam, para ibu tak lagi membangunkan suami untuk
mengantar BAB. Desa menjadi semakin bersih, kesehatan pun semakin
terjaga.
Izinkan saya menuliskan satu lagi kisah Berbagi Kebaikan dari Bu Nenda.
Kali ini, dari keluarga beliau, tepatnya suaminya.
Suatu sore, Bu Nenda pulang dari kantornya di Serang, Banten. Sampai di
Pandeglang menjelang Maghrib. Di rumah ternyata sedang ada Mbok Kasur. Sang suami
bilang, sedari tadi mencari kasur jadul. Supaya Mbok Kasur ada kerjaan.
Kasihan, sebab Mbok Kasur ini jauh-jauh dari Serang ke Pandeglang untuk mencari
nafkah menjajakan jasa memperbaiki kasur kapuk. Zaman canggih begini, segalanya
semakin mewah, maka semakin sedikit yang menerima keahlian Mbok Kasur.
Tapi Bu Nenda dan suami tak sampai hati mengecewakan Mbok Kasur. Dicari segala cara agar Mbok Kasur tak pulang dengan tangan hampa. Pekerjaan selesai, Mbok Kasur ditahan jangan pulang dulu. Selesai Maghrib, akan diantar. Maka, Nenda yang baru saja datang dari Serang, akan balik ke Serang lagi.
Lelah sih lelah. Tapi, membayangkan Mbok Kasur yang mencari nafkah dengan
berjalan kaki menelusuri jalan sepanjang terminal Kadu Banen – alun-alun
Pandeglang, Cihaseum, Kebun Cau dengan membawa gembolan berat, mengalahkan
keletihannya.
Setelah menempuh 90 menit perjalanan, tibalah di rumah Mbok Kasur. Sebuah
pemukiman padat. Rumahnya yang kecil dihuni beberapa orang anak dan cucu.
Sambil mengetuk pintu rumah, Mbok kasur setengah berteriak menyampaikan
kepada anak-anak nya. "Mbok diantar pake mobil, Mbok diantar pake mobil
bagus." Duh...
“Hidup buat apa sih kalau bukan untuk bermanfaat untuk oranglain?”
jelasnya dengan semringah. Tak ada beban meskipun jika aktivitasnya sangat
padat.
“Sebagai sesama umat memang harus peduli” tambahnya.
Rupanya, prinsip hidup banyak melakukan kebaikan tidak hanya dimiliki Bu
Nenda saja. Sang suami pun mendukungnya. Kerap pula ikut ke lapangan membantu sang
isteri.
Keluarga sudah satu pandangan bahwa berbagi kebaikan menjadi satu hal yang
harus ditunaikan.
“Kadang kasihan lihat ibu banyak kegiatan jadinya sering kecapekan. Tapi
terus keinget kalau ibu kerja buat ngebantu banyak orang. Jadinya Ais mendukung
banget. Soalnya banyak orang yang kebantu karena kesibukan itu” terang si
bungsu.
Empat Hikmah Berbagi Kebaikan
Setidaknya ada empat hikmah yang bisa kita ambil dari konsistennya Bu Nenda melakukan berbagai kebaikan
itu.
Pertama, Kebaikan Itu Beresonansi
Begitulah,
kebaikan bisa beresonansi. Dalam fisika resonasi diartikan sebagai ‘ikut
bergetarnya suatu benda karena pengaruh benda lain yang memiliki frekuensi yang
sama’.
Singkatnya,
kebaikan itu menular. Satu kebaikan bisa menginspirasi kebaikan lainnya. Satu
orang melakukan kebaikan bisa diikuti oleh oranglain. Karena itu, saya lebih
sepakat kalau kebaikan itu perlu disebar. Bukan dalam rangka pamer atau riya
tetapi agar banyak orang yang juga tergerak melakukan kebaikan.
Berbagi kebaikan
adalah hal lain. Pamer dan riya merupakan hal lain lagi.
Manfaatkan media
sosial untuk berbagi kebaikan. Apalagi jika dia punya follower yang
cukup banyak. Akan lebih banyak pula orang yang bisa digerakkan untuk melakukan
kebaikan. Daripada berisi hal unfaedah di media sosial, lebih baik
digunakan untuk kampanye kebaikan.
Nah, mulai sekarang, jangan ragu-ragu berkampanye kebaikan di media sosial ya. Apalagi action di dunia nyata tentunya. Jangan sampai berhenti menebarkan Kebaikan Berbagi. Agar Kebaikan Berbagi ini tidak berhenti di tangan kamu.
Jika mengamati keluarganya, dapatlah kita menemukan kedamaian, kerukunan, dan berkah pada keluarga Bu Nenda. Suasana keluarganya harmonis dan guyup rukun. Meskipun dalam kesederhanaan, suasana bahagia tetap tercipta.
Melihat kedua anaknya yang bager-bageur, sopan santun, berakhlak, rasanya ini merupakan berkah Kebaikan Berbagi yang dilakukan Bu Nenda. Pastinya, tidak satu dua orang yang pernah merasakan kebaikan Bu Nenda melantunkan doa untuk Bu Nenda dan keluarganya. Begitu juga orang yang hanya melihat kisah perjuangan Bu Nenda, sekiranya tak bisa membalas kebaikannya, paling tidak hanya bisa mendoakan.
Pada kegiatan kemanusiaan lainnya, mereka banyak memercayakan bantuan kepada Bu Nenda. Kepercayaan merupakan hal yang tidak mudah didapat. Namun Bu Nenda, berkat integritasnya pula, berhasil mendapatkan kepercayaan itu. Hal ini menjadikan Bu Nenda semakin bertanggungjawab pula dengan kepercayaan itu.
Misalnya pada tsunami Selat Sunda itu, banyak bantuan yang dititipkan padanya, lewat lembaganya, maka dengan penuh tanggungjawab ditunaikan pula amanah itu.
Belasan tahun menebar kebaikan, apakah dia lelah? Katanya, sih, lelah juga. Tapi apakah bosan? Tidak, katanya lagi. Perjuangan menebar kebaikan menurutnya sebagai bentuk perjuangan. Mengumpulkan bekal.
“Alhamdulillah tak pernah. Kami ingin sama-sama berjuang. Bukan saya saja, pun bukan hanya dia saja. Kami ingin merasakan nikmatnya berbagi dan memperjuangkan sesuatu yang bermanfaat secara bersama-sama, agar kebahagiaannya bukan hanya untuk saya seorang, pun bukan untuk dirinya saja.”
Kedua,
Berbuat Kebaikan Merupakan Ivestasi Berkah
Jika mengamati keluarganya, dapatlah kita menemukan kedamaian, kerukunan, dan berkah pada keluarga Bu Nenda. Suasana keluarganya harmonis dan guyup rukun. Meskipun dalam kesederhanaan, suasana bahagia tetap tercipta.
Melihat kedua anaknya yang bager-bageur, sopan santun, berakhlak, rasanya ini merupakan berkah Kebaikan Berbagi yang dilakukan Bu Nenda. Pastinya, tidak satu dua orang yang pernah merasakan kebaikan Bu Nenda melantunkan doa untuk Bu Nenda dan keluarganya. Begitu juga orang yang hanya melihat kisah perjuangan Bu Nenda, sekiranya tak bisa membalas kebaikannya, paling tidak hanya bisa mendoakan.
Ketiga, Menjadi Pribadi yang Dipercaya
Dengan kiprahnya yang banyak membuat perubahan pada masyarakat, Bu Nenda dianggap sebagai sosok yang bisa dipercaya. Tidak sedikit orang atau lembaga yang kemudian menitipkan amanah padanya.Pada kegiatan kemanusiaan lainnya, mereka banyak memercayakan bantuan kepada Bu Nenda. Kepercayaan merupakan hal yang tidak mudah didapat. Namun Bu Nenda, berkat integritasnya pula, berhasil mendapatkan kepercayaan itu. Hal ini menjadikan Bu Nenda semakin bertanggungjawab pula dengan kepercayaan itu.
Misalnya pada tsunami Selat Sunda itu, banyak bantuan yang dititipkan padanya, lewat lembaganya, maka dengan penuh tanggungjawab ditunaikan pula amanah itu.
Keempat, Hidupnya Dilingkupi Bahagia
Bu Nenda pun mengamini, bahwa pada pekerjaan ini, dia lebih menemukan kebahagiaan. Setiap selesai memberikan kemanfaatan kepada oranglain, rasa bahagia itu semakin bertambah dan bertambah. Inilah kiranya yang dikatakan sebagai hidup berkah itu.Belasan tahun menebar kebaikan, apakah dia lelah? Katanya, sih, lelah juga. Tapi apakah bosan? Tidak, katanya lagi. Perjuangan menebar kebaikan menurutnya sebagai bentuk perjuangan. Mengumpulkan bekal.
“Alhamdulillah tak pernah. Kami ingin sama-sama berjuang. Bukan saya saja, pun bukan hanya dia saja. Kami ingin merasakan nikmatnya berbagi dan memperjuangkan sesuatu yang bermanfaat secara bersama-sama, agar kebahagiaannya bukan hanya untuk saya seorang, pun bukan untuk dirinya saja.”
Seperti Bu Nenda, yang telah menemukan jalan-jalan kebaikannya, kita pun
bisa menemukan jalan-jalan kebaikan pula. Jika kita bersedia lebih jeli melihat
sekitar, banyak hal yang menuntut kepedulian kita. Banyak kebaikan yang bisa
kita lakukan.
Tidak menunggu berbuat hal yang besar-besar, bahkan hal kecilpun bisa
menjadi jalan kebaikan.
Membantu kaum dhuafa, menyantuni anak yatim, menjadi orangtua asuh,
membantu korban bencana, memberi makan yang kelaparan, dan lainnya.
Apalagi pada kondisi mewabahnya Coronavirus disease (Covid-19), yang
mengakibatkan dikeluarkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
work from home, atau karantina wilayah. Orang diimbau untuk di rumah
saja. Banyak aktivitas di luaran menjadi semakin berkurang.
Hal ini memberikan dampak pada banyak orang yang biasanya menggantungkan
penghasilannya dari keramaian orang-orang. Ribuan orang terdampak.
Mulai dari ojek online, pedagang kaki lima (PKL), penjaga toko, pengusaha
wisata, tukang bangunan, pedagang keliling, pemilik warung makan, pedagang di
pasar, dan lainnya. Banyak pula di antara mereka yang dirumahkan. Tenaga kerja
honorer –termasuk guru honorer- kehilangan pemasukan seperti biasanya. Padahal,
dari sanalah mereka mengandalkan untuk menafkahi keluarganya. Ada anak dan
isteri yang butuh makan.
Atlet Indonesia Lelang Jersey
Wabah pandemi ini benar-benar mengganggu tatanan kehidupan kita. Karena
kebijakan di atas, banyak orang yang secara pengeluaran tetap atau malah bertambah,
eh tapi pemasukannya tetap atau berkurang bahkan hilang sama sekali.
Kondisi ini bisa menjadi peluang untuk berbuat kebaikan. Bahkan bisa
dilakukan dari rumah saja. Seperti lelang jersey yang dilakukan Wilda Siti
Nurfadhilah, atlet voli nasional, yang melelang jerseynya untuk donasi
penanganan Corona. Wilda tak sendirian. Bersama puluhan atlet lainnya termasuk
atlet bola voli , futsal dan sepak bola melakukan gerakan
#lelangjersey sebagai gerakan solidaritas atlet untuk cegah tangkal
Corona.
Dana hasil lelang jersey itu nantinya sebagai pengadaan sembako untuk
masyarakat terdampak Corona. Nah, selain bisa mendapatkan jersey dari atlet
idola, kita bisa berdonasi pula untuk masyarakat terdampak Corona. Mudah,
bukan? Bahkan donasi ini bisa dilakukan dari rumah saja.
Ini beberapa dokumentasi Dompet Dhuafa Sebar Sembako pada Masyarakat terdampak
Bayar Zakat Di Awal Ramadhan Saat Pandemi
Di masa pandemi ini, membayar zakat baiknya disegerakan. Bahkan bisa dilakukan sejak awal bulan Ramadhan. Memang, biasanya mengeluarkan zakat menjelang berakhirnya bulan Ramadhan atau mendekati awal bulan Syawwal. Namun, tentu kita menyesuaikan kondisi.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada pekan lalu mengeluarkan Fatwa Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, dan Shadaqah untuk Penanggulangan Covid-19 dan Dampaknya.
Terkait pemanfaatan harta zakat untuk penanggulangan wabah Covid-19, MUI menyatakan bahwa pemanfaatan harta zakat boleh bersifat uang tunai, makanan pokok, hingga untuk kegiatan produktif. Kemudian, zakat untuk kemaslahatan umum bisa dimanfaatkan untuk penyediaan alat pelindung diri, disinfektan, hingga kebutuhan relawan.
MUI dalam fatwanya juga memperbolehkan zakat fitrah ditunaikan dan disalurkan sejak awal Ramadhan tanpa harus menunggu malam Idul Fitri. Begitu pula dengan zakat mal yang boleh ditunaikan dan disalurkan lebih cepat tanpa harus menunggu satu tahun penuh.
Seperti diberitakan laman Republika Online, NU dan Muhammadiyah sepakat mengupayakan percepatan pembayaran zakat. Ketua PP NU Care-LazisNU, Achmad Sudrajat menuturkan, PBNU sudah memerintahkan kepada seluruh masyarakat untuk segera mempercepat pembayaran zakat maal dan zakat fitrah. Dia mengatakan, dalam kondisi pandemi sekarang ini, pembayaran zakat di awal memang lebih diutamakan.
Sementara itu, Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu), Hilman Latief setuju dengan percepatan pembayaran zakat di awal Ramadhan. Menurutnya tidak ada yang salah dengan percepatan tersebut. Dia juga telah mengimbau untuk segera mempercepat pembayaran zakat.
Lantas, saya berusaha mencari penjelasannya dari sumber lain. Kebetulan, di
perpustakaan keluarga ada buku Al-Umm, Kitab Induk Fiqih Islam #3 yang dikarang oleh Imam Asy-Syafii.
Seperti kita ketahui, kalangan masyarakat Indonesia banyak yang menjadikan Imam
Asy-Syafii dalam menentukan sebuah masalah. Ringkasnya, banyak orang Indonesia
bermazhab Syafii.
Rupanya, penyegeraan zakat ini dibahas juga pada buku ini. Tepatnya di
halaman 54-59. Imam Asy-Syafii membolehkan penyegeraan zakat. Meskipun, di buku
ini, alasan yang membolehkannya adalah karena faktor kemiskinan.
Imam Syafi'i berkata, "Boleh bagi wali jika melihat kemiskinan para
penerima zakat untuk meminjam demi mereka, dari zakat pemilik harta, jika
mereka mau berbaik hati."
Berzakat lewat Dompet Dhuafa bisa dilakukan dengan mudah, dan aman. Bisa dilakukan dari rumah saja. Tentu tidak mengganggu program isolasi diri yang digulirkan pemerintah sebagai langkah antisipasi mengurangi penyebaran wabah Covid-19. Caranya gampang. Tinggal menuju portal donasi Dompet Dhuafa. Kita akan diarahkan pada pilihan donasi baik itu zakat, infak, sedekah, wakaf, atau program lainnya. Pilihannya jelas. Kita bisa dengan mudah melakukannya. Ingin segera berdonasi?
Bersama Dompet Dhuafa, Berdonasi Di Masa Pandemi
Wabah pandemi Covid-19 ini
harus kita hadapi bersama. Selain menjadi tugas pemerintah, alangkah baiknya
semua elemen masyarakat bahu membahu. Untungnya bangsa kita masih memegang erat
budaya tolong menolong.
Berbagai gerakan kerelawanan
melakukan program-program membantu masyarakat terdampak sosial-ekonomi. Salah
satunya adalah yang dilakukan Dompet Dhuafa.
Melalui progam Cegah Tangkal (Cekal) Covid-19, Dompet Dhuafa memberikan
bantuan sembako kepada kelompok rentan. Mereka yang termasuk dalam kelompok
rentan ini seperti pekerja harian, kelompok lansia, pekerja serabutan, pedagang
asongan, dan lainnya.
Mereka menghadapi dilema.
Kalau tak kerja, tak dapat penghasilan. Kalau kerja pun, penghasilan tak mencukupi.
Sementara, mereka juga harus mematuhi imbauan pemerintah dalam melakukan
isolasi diri. Maka, kepada merekalah prioritas sembako itu diberikan.
Selain itu, di bidang kesehatan, Dompet Dhuafa juga melakukan berbagai
kegiatan di antaranya pembagian APD untuk tenaga medis di rumah sakit, memasang
1.000 disinfection chamber di tempat umum, pembagian hygiene kit, sosialisasi etika batuk, dan cuci tangan diberikan kepada kelompok rentan, dan penyemprotan cairan disinfektan di beberapa tempat fasilitas umum.
Mari ikut berbagi kebaikan
bersama Dompet Dhuafa. Apalagi, sekarang ini bulan Ramdhan. Berbagai bentuk
kebaikan bisa dilakukan. Di bulan Ramadhan, setiap amalan akan dibalas dengan
pahala yang berlipat ganda pula.
Allah Swt juga menyediakan bonus pahala berlipat
ganda bagi yang berbuat baik di bulan Ramadhan, “Setiap amal anak adam
dilipatgandakan pahalanya. Tiap satu kebaikan, dilipatkan 10 kali lipat hingga
700 kali lipat.” (HR Bukhari Muslim).
Masa pandemi dan bulan
Ramadhan merupakan kolaborasi waktu yang sangat tepat untuk melakukan Kebaikan
Berbagi. Sebab, sebuah ibadah, akan semakin besar pahalanya di kala waktu
yang tepat.
Tebar kebaikan raih besarnya
pahala bersama Dompet Dhuafa semakin mudah dan terpercaya. Dompet Dhuafa (DD)
adalah lembaga filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa
dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welas asih/kasih sayang)
dan usaha sosial profetik (prophetic socio-technopreneurship).
Dalam kurun 1993-2019, Dompet Dhuafa membentang kebaikan ZISWAF Anda kepada
lebih dari 21 juta penerima manfaat. Dengan dompetdhuafa.org, kita
berarti menyokong berbagai program kebaikan dari Dompet Dhuafa.
Penutup
Pepatah bangsa kita
menyatakan ‘urip iku urup’ yang artinya hidup itu nyala. Kehidupan kita hendaknya
memberi banyak manfaat kepada sekitar. Mari kita bantu oranglain yang
membutuhkan tanpa memandang suku, agama, dan tingkatan ekonomi. #MenebarKebaikan kepada sesama.
Mumpung kita diberikan kesempatan untuk bisa berbuat baik. Ayo manfaatkan
kesempatan ini. Jadikan hidup kita berkah dengan #MenebarKebaikan. Oh, iya,
jangan lupa. Seperti yang sudah ditulis di atas, bahwa kebaikan itu bisa
beresonansi atau menular, maka ajaklah orang-orang terdekat. Kebaikan
Berbagi Jangan berhenti di tangan Anda.
***
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Sumber tulisan
https://donasi.dompetdhuafa.org/bersamalawancorona/
https://republika.co.id/berita/q9e96w327/nu-dan-muhamamdiyah-upayakan-percepatan-pembayaran-zakat
https://lazharfa.org/
Public-Expose-2020-Laporan-Kinerja-Dompet-Dhuafa-Tahun-2019
Buku Al-Umm Kitab Induk Fiqih Islam #3 karangan Imam Asy-Syafii
Wawancara dengan tokoh dan keluarganya
Sedih saya sebagai org Pandeglang (meskipun cm pendatang) saya baru tahu kisah ini, apa saya terlalu kudet. Astagfirullah. Tapi Masya Allah luar biasa tulisannya. Semoga kebaikan yg kita lakukan seperti senyuman. Ketika kita tersenyum pada seseorang, maka org itu pun akan tersenyum meskipun tidak saling kenal.
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin. Memang agak sulit memercayai ini. Tapi gak papa kita jujur untuk kemajuan. Aamiin
DeleteLuar biasa Ibu Nenda ini, semoga semua amal Ibu Nenda mendapat ridlo Allah SWT. Juga buat Kiki dan Amriatin, semoga semakin percaya diri menghadapi kehidupan mereka.
ReplyDeleteAamiin. Semoga selalu diberkahi oleh Allah Swt.
DeleteMasyaAllah, ternyata masih banyak ya orang yang belum punya kamar mandi buat BAB? Saya langsung merasa bersyukur, bisa menikmati kamar mandi sejak lahir. Salut sangat dengan pahlawan jamban, sebab emang enggak semua orang mau peduli soal hal ini. Top abis lah.
ReplyDeleteSemoga dengan adanya dompet duafa, akan semakin banyak orang lagi yang dapat merasakan kebaikan dan kenyamanan, walaupun hanya untuk hal sepele kata orang seperti jamban dan tersenyum.
Iya, Bu. Kayak nggak percaya aja ya. Pada nggak punya jamban. Tapi itulah kondisi sebenarnya.
DeleteSemoga semangat bu Nenda berbuat kebaikan ke orang banyak dapat menular kepada kita semua, sangat menginspirasi perempuan Hebat 👍 salam hormat untuk bu Nenda dari saya :) 🙏
ReplyDeleteAamiin. Ya, Bu. Semoga Bu Nenda mendapatkan kesehatan selalu. Agar semakin banyak kiprahnya untuk masyarakat. Aamiin
DeleteWaaaah Bu Nenda layak ni didaulat menjadi Tokoh Perubahan Republika. Hehehe. Walaupun Indonesia udah jadi negara G20, tetap loh negara ini kekurangan jamban sehat. Serius. Saya beberapa kali ekspedisi ke luar Jawa, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, itu beneran urusan kebersihan di beberapa wilayah masih jauh dari kata layak. Semangat terus Bu Nendaaaaa.
ReplyDeleteBener, Mbak. Hehe..sulit dipercaya tapi itulah adanya.
DeleteWah Bu Nanda ini tingkat kepeduliannya sangat tinggi ya. Bahkan untuk perkara jamban aja sangat peduli. Bahkan saat ini pun masih banyak yang belum punya fasilitas MCK yang memadai. Semoga inisiatif Bu Nanda bisa menjadi contoh bagi yang lainnya, sehingga muncul Bu Nanda yang lainnya
ReplyDeleteIya, Mas. Padahal zaman now, perkara jamban aja banyak yang belum punya y. Hehe.
DeleteSama kayak di sini. Meskipun dibilang kota, ternyata masih ada orang yang ngga punya MCK kayak. Mau BAB harus ke Sungai dulu. Ya Allaah.. Rasanya ngilu banget hati ini
ReplyDeletePadahal itu ibarat kebutuhan pokok y, Mbak. Yah, begitulah.
DeleteMasyaAlloh kebaikan memang selalu menyejukkan hati ya mas, membuat kita menjadi bahagia setelah melakukannya semoga saat wabah ini pun banyak kebaikan bertambah dari kita semua aamiin. Dompet Dhuafa salah satunya menjadi penyalur kebaikan umat yang ingin berbagi.
ReplyDeleteAamiin. Betul, Mbak. Insyaallah Dompet dhuafa amanah.
DeleteSuka malu pada diri sendiri. Adik-adik yang memiliki keterbatasan saja masih punya semangat hidup. Semoga Allah senantiasa memberi berkah-Nya kepada orang-orang yang memiliki keterbatasan , aamiin
ReplyDeleteKalo dipikir-pikir mendalam emang banyak hal yang harus disyukuri dalam hidup kita ya.
DeleteSemoga bu nenda selalu sehat, aamiin. Kata-katanya bahwa untuk apa hidup jika tak bermanfaat bagi orang lain ini ringan tetapi dapat menampar banyak pihak
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin. Ya, Mbak, semoga banyak lagi yang terinspirasi untuk berbuat kebaikan.
DeleteWaah sungguh sosok pahlawan yang sebenarnya Bu Nenda ini. Ternyata diluar sana masih banyak ya warga yang belum memiliki jamban
ReplyDeleteIya, padahal zaman now kan ya tapi itulah adanya. Banyak yang masih butuh uluran tangan dari kita.
DeleteWah kalau BAB di kebun, tanaman kadi subur dong hehe, bcanda mas
ReplyDeleteGa bayangin gmn tuh, tp kl BAB di kali aku pernah
Salut buat ibu pahlawan Jamban.
Kalau dompet dhuafa saya kenal sejak lama. Memang makin bagus dan tentunya terpecaya
Iya, sih. Kalau dari faktor itunya, bang. Kalau banyak ya mungkin malah menebar penyakit. Wah, langganan kali ya abang sama Dompet Dhuafa. Hehe
DeleteBaru tau ternyata masih ada yang hidup masih belum berkelayakan..
ReplyDeleteIya, zaman now begini ya, masih ada aja. tapi itulah adanya.
DeleteDi kampung saya juga masih ada yang BAB di sungai, rata-rata generasi tua. Walau sudah dibuatkan jamban di rumah oleh anaknya, tapi masih memilih untuk BAB di sunga. Susah memang mengubah kebiasaan
ReplyDeleteWah, kenapa ya? apakah pola pikirnya? ah, semoga mereka bisa berubah.
Deleteya alloh, berkaca2 baca tulisan ini,, bu nenda luar biasa sekali , tingkat kepeduliannya sangat tinggi
ReplyDeleteIya, Mbak, begitu banyak pengorbanan beliau. Tidak banyak yang mau seperti beliau.
Deletemasyaalloh, semoga jadi yang terinspirasi dan meniru kebaikan beliau mas,
DeleteAda rasa bahagia ketika melihat orang yang dibantu merasa bahagia begitu. Pastinya yang punya kaki baru senang karena sudah bisa mulai berjalan. Dompet dhuafa ini memang bagus untuk dijadikan wadah kita menyalurkan rezeki apalagi sudah mau hari raya nih. Saatnya untuk memberikan zakat fitrah nya yah mba.
ReplyDeleteIya, Mbak. Rupanya itulah kebahagiaan dari kebaikan yang dilakukan. Ya, Mbak. Dompet dhuafa emang terpercaya.
DeleteSaya terharu, mbak baca kisah-kisah di atas. Semoga makin banyak orang berbuat kebaikan tanpa pamrih. Panjang umur kebaikan
ReplyDeleteAamiin. Semoga semakin banyak yang juga melakukan kebaikan. Aamiin
DeleteUrip iku urup...hidup untuk memberi nyala pada sekitarnya termasuk kebaikan di dalamnya. Tulisan ini penuh dnegan inspirasi, terima kasih sudah membgaikannya, Mas. Memang kebaikan itu akan menular seperti dengan membagikan kisah penuh inspirasi begini akan menggerakkan yang lain untuk ikut juga berbagi
ReplyDeleteNggeh, Mbak. Hidup harus memberi nyala. Terima kasih atas kunjungannya, Ya Mbak, Semoga banyak yang tergerak dengan kebaikan yang ada di sekitar.
DeleteDi antara kita memang ada pahlawan kebaikan yang mau terus menebar kasih sayangnya dengan sesama, sesuai kesanggupan mereka. Jadi belajar banyak dari kisah ini.
ReplyDeleteIya, Mbak. Dunia tidak kehabisan orang baik. Ojo leren dadi wong apik, kata pepatah Jawa.
DeleteBu Nenda warbiyasah ya perhatian dan telaten hingga warga sekitar sadar kebersihan dan kesehatan. Akhirnya warga punya jamban. Berbuat kebaikan insha allah balik kepada yg berbuat baik. Akan ada saatnya memanen benih kebaikn.
ReplyDeleteIya, Mbak. Insya Allah yang ditanam akan dituai. Menanam kebaikan akan menuai kebaikan pula.
DeleteBu Nenda warbiyasah ya perhatian dan telaten hingga warga sekitar sadar kebersihan dan kesehatan. Akhirnya warga punya jamban. Berbuat kebaikan insha allah balik kepada yg berbuat baik. Akan ada saatnya memanen benih kebaikn.
ReplyDeleteLuar biasa ceritanya
ReplyDeleteInspirasi dari orang orang yang terbatas tapi masih berbagi kebaikan itu bikin saya malu
Kebaikan apa yang sudah saya bagi
Semoga banyak yang tergerak dengan kebaikan yang disebarkan ya Bang.
DeleteBukankah dari pemerintah ada ya mas. Program buat jamban ini. Kok di banten tidak tersentuh?
ReplyDeleteAda kayaknya. Tapi mungkin SDM atau kemampuan yang terbatas.
DeleteHebat sekali Bu Nenda. Meninggalkan zona nyaman untuk berbagi. Sedikit bicara, banyak kerja. 15 tahun perjuangan yg nggak main-main
ReplyDeleteIya, jarang sekali yang mau melepaskan kenyamanan buat yang malah lebih berpayah-payah.
DeleteSampaikan salam hormat saya dengan bu Nenda ya pak guru,
ReplyDeleteMasyaallah sekali tebar kebaikan yang dilakukan beliau.
benar adanya soal ini,
Ada juga di salah satu kabupaten di Sumatera Utara, entah warganya punya kamar mandi atau gak di rumahnya,
Jadi ada kaya kamar mandi umum gitu, dan wc yg cuma kek dibatasi dikit doang setengah badan, jadi masih bisa saling lihat juga.
Jadi para warga nih pada mandi dan nyuci di kamar mandi umum gitu, emang air nya deras karena dekat sungai gitu,
Kebetulan kalau lagi pulkam ke sumbar dari medan ak lewat sini, beberapa kali pas shubuh selalu singgah di masjid ini, dan selalu liat kamar mandi umum itu ramai oleh warganya..
Memang lebih baik daripada tidak ada jamban sama sekali, tapi aku penasaran sebenarnya apa d rumah mereka gak ada, sukanya kok di tempat umum gitu hehe
Lah jadi cerita hahaa
Ya, Mbak. Insya Allah disampaikan. Apa pola pikirnya juga kali ya. Nggak susah bikin kamar mandi gitu. Ya semoga banyak yang tersadarkan lagi.
Deleteterharu dan salut sama semangat bu nenda. Kiki semangat sekali mencoba kaki barunya, ikutan seneng liatnya. memang bener ya kalo kebaikan itu beresonansi.
ReplyDeleteAlhamdulillah, iya mbak, ikut senang juga ya
DeleteYA Allah menginspirasi banget cerita bu Nenda ini. Semoga menular kepada kita. Jika kita mau bergerak kita pasti bisa. Walaupun tidak bisa sendiri. Bersama dompet dhuafa kita tetap bisa bebrbagi kebaikan.
ReplyDeleteAamiin. Semoga menular ke yang lain. Ya, Mbak. Lewat dompet dhuafa kita bisa berikan donasi dengan terpercaya
DeleteBaru tau sy di Banten ada yg blm pnya Jamban pdhal dkt dng pemerintah pusat ya ...semoga program dompet dhuafa benar2 bermanfaat ya kak untuk masy yg membutuhkan terlebih saat pandemi corona spti ini
ReplyDeleteBanyak, lho Mbak. hehe,, semoga banyak lagi kebaikan yang ditebarkan. Aamiin
Delete15 tahun perjuangan bukan waktu yang singkat, saya mencoba membayangkan bagaimana tantangan yang dihadapi oleh Bu Nenda, semoga Allah menyiapkan balasan terbaik baginya baik di dunia maupun di surga.
ReplyDeleteIya, Uda. Sudah istikamahlah beliau ini hehe... Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteTernyata ada darah yang warganya tidak punya jamban. Mereka tuh nggak punya jamban karena nggak punya uang untuk membangun jamban atau memang belum teredukasi, sih?
ReplyDeleteUntungnya ada seseorang seperti bu nenda...
Bu Nenda, dan keluarganya, mereka adalah pahlawan yang sebenarnya meski tanpa ekspose media...
Karena keduanya, Mbak. Sisi lain kesadarannya kurang, mereka pun tidak banyak biaya untuk membangun fasilitas MCK-nya.
DeleteYa Allah, tulisan ini benar- benar berisi dan bergizi. Kebaikan yang dilakukan seseorang bernama Bu Nenda merupakan awal perubahan bagi anak yang membutuhkan. Semoga anak tersebut bisa beraktivitas dengan lancar layaknya seperti kita.
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin. Ya, semoga mereka bisa lebih bahagia
DeleteMasyaAllah, kisah pahlawan jamban yang berhasil membuatku menitikkan air mata di pagi buta ini. Sungguh, kebaikan itu bisa kita berikan dalam bentuk apa saja. Nyatanya, masih banyak banget sektor-sektor kehidupan bangsa kita yang masih membutuhkan kepedulian untuk terus diperbaiki.
ReplyDeleteSungguh malu, rasa-rasanya aku belum melakukan upaya maksimal yang bermanfaat bagi banyak orang. Semoga Allah bukakan jalan dan mampukan. Aamiin.
Alhamdulillah jika begitu. Benar, Mbak. Beliau emang luar biasa
DeleteTerharu baca artikelnya. Perjuangan bu Nenda, 15 tahun ya untuk mengubah karakter warga. Duh...salut banget. Perjuangan tak kenal lelah...Semangat untuk para pejuang lainnya, penebar kebaikan bersama DD...
ReplyDeleteIya, Mbak. Luar biasa ya perjuangan Bu Nenda. Semoga beliau diberikan kesehatan yang baik. aamiin
DeleteMasya Allah. Ini pahlawan sesungguhnya yg gak muncul di televisi manapun. Semoga dibalas surga. Aku inget, di kampung suamiku dulu juga begini. Klo pas mudik mesti nginep tuh. Nah, pagi2 subuh kami kudu keluar ke kota cari pom bensin cuma buat bab. Hihi..
ReplyDeleteAamiin. Wah, iya kah Mbak. Hehe
Deletekadang saya iri dengan mereka yang dapat berbagi kemanfaatan untuk orang lain. bisa ringan membantu orang lain tanpa pamrih apapun. inspiratif!
ReplyDeletekalau iri seperti ini, dibolehkan. hehe.. ternyata semua kebaikan ada manfaat tidak langsungnya
Deletesubhanallah ya Indonesia masih banyak ternyata sanitasi buruknya huhu. salut buat bu nendah 15 tahun berjuang.
ReplyDeletesaya setuuju sekali mas supadillah kebaikan memang beresonansi, jadi kita harus siap menyebarkan resonansinya itu ya...
Seakan nggak percaya ya, Mbak. Tapi itulah potretnya. Padahal usia kemerdekaan sudah lama. Hehe
DeleteMasyaallah Bu Nenda luar biasa sekali ya, apalagi perjuangan bikin arisan jamban itu yang harus melakukan pendekatan hingga tinggal di kampung tersebut dan terpaksa melakukan kebiasaan yang sama selama beberapa waktu. Salut sampai 15 tahun berjuang, suami dan anak-anaknya pun mendukung :)
ReplyDeleteIya, Mbak. Banyak pengorbanan beliau. Lama pula dilakukannya.
DeleteMasyaaAllah, Bu Nenda keren banget. Jadi merasa belum ngasih apa-apa sama orang lain. Sewaktu kecil saya pernah berada di Kampung yang memang masih BABS. Jadi kami biasanya ke kali atau sawah, hehe. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah banyak yang tidak BABS lagi
ReplyDeleteBener, Mbak. Salutlah kita sama Bu Nenda. Semoga banyak lagi yang dientaskan dari kemiskinan. Aamiin.
DeleteYa Rabb sangat menginspirasi dan menggugah hati k ceritanya. Semoga kita selalu menebar kebaikan pada sesama ya k. Bersama Dompet Dhuafa kita bisa menebar kebaikan meski dari rumah saja. InsyaAlloh selalu amanah.
ReplyDeleteAamiin. Semoga semakin banyak relawan kebaikan. Aamiin
DeleteSangat menginspirasi. Ternyata ada banyak sekali pahlawan di sekitar kita hanya saja memang berjuang dalam sunyi jadi jarang tersorot kamera.Ngomongin soal jamban,sekitar 5 km dari rumah ibuku di Magetan kota juga masih banyak yang jambannya numpang di sungai. Saya sempat gak peraya, ternyata memang benar adanya. Masalah jamban saja ternyata belum tuntas.
ReplyDeleteWah, ada juga ya Mbak, sungai jadi jamban terpanjang Hehe..semoag banyak yang akan sadar dengan pentingnya kebersihan
DeleteMemang program dari dompet dhuafa sangat bagus-bagus. kita sebagai generasi muda harus mendukungnya apalagi untuk orang yang sangat membutuhkan terlebih saat pandemi corona seperti ini
ReplyDelete(BeHangat.Com)
Aamiin. Semoga banyak lagi yang melakukan kebaikan. Aamiin
DeleteTempat di mana kita dapat berjuang untuk menebar manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan
ReplyDeleteWah mulia sekali yaaa ibu yng telah mengirimkan alat bantu berjalan itu. Semoga ibu itu berkah hidupnya telah memberikan kebahagiaan pada anak tersebut😚
ReplyDeleteNgga kebayang sama sekali kalau hari gini masih ada aja orang yang belum memiliki toilet sendiri... Semoga kita yang diberi kelebihan bisa membantu yang membutuhkan ya
ReplyDelete