Kelihatannya Alim Padahal Dzolim
Sumber gambar: pinterest
Mataram namanya. Sebutlah begitu. Mahasiswa
yang cerdas dan aktivis. Sikapnya gagah. Namun kegagahannya itu menguap begitu
saja saat di dekat Seruni. Entah itu melintas atau melihat dari jarak yang
tidak jauh.
Mataram seringkali salah tingkah saat ada
Reuni. Entah itu tiba-tiba memuji plafon, warna dinding, atau mading kampus.
Kriwil, teman Mataram ini paham bahwa Mataram
punya rasa dengan Seruni. Bahkan sudah terencana setelah wisuda akan melamar
Seruni.
"Kalau kau suka padanya, lamar kepada
bapaknya," Kriwil memanas-manasi.
"Ya, tentang itu sudah menjadi salah
satu targetku setelah wisuda" jawab Mataram yakin.
Namun, suatu waktu, perangai Mataram
tiba-tiba berubah. Mataram tak lagi bertingkah aneh ketika berpapasan dengan
Seruni. Tak lagi grogi saat ketemu Seruni. Jika Seruni melintas dia cuek
saja.
Kriwil menduga, Mataram tak lagi selera
dengan Seruni. Lantas dia bertanya perubahan sikap Mataram.
"Kamu sudah berubah, bro. Biasanya kalau
ketemu dia cenderung kamu jadi aneh. Dekat kamu cenderung jutek.?" Selidik
Kriwil.
"Sudahlah. Tak usah membahas itu lagi.
Ngapain juga harus memikirkan orang kayak dia. Tampangnya alim tapi kelakuan
zolim".
Kriwil tersentak.
"Jangan omong sembarang, bro"
"Aku saksinya. Aku lihat sendiri. Aku
lihat sendiri dia berbuat dzolim. Dia membuang sampah tanpa aturan."
"Sampah?" tanya Kriwil keheranan.
"Benar. Di kantin, dia buang tisu
sembarangan. Nyampah! Ah sudahlah. Cerita begini sama saja kayak aku buka aib
orang."
"Sampah? Dzolim?" tak habis heran
Kriwil atas keterangan Mataram, "ayolah, jangan lebay bro. Kalau buang
tisu, hampir semua orang melakukan..."
"Ini! Pikiran kayak gini yang bikin umat
Islam gak maju-maju" potong Mataram. "Gak cuma orangnya pikirannya
juga masih terkotak-kotak masih sempit sudah diajari sejak 1400 tahun yang lalu
tapi pikiran tetap nggak di update."
Mataram tak berhenti sampai di sana.
"Tahukah kau betapa susahnya tisu bisa
diuraikan? Itu membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Semut, cacing,
ataupun serangga tidak bisa memakannya, tidak bisa mencernanya. Maka
bayangkan bila ribuan tisu dibuang sembarangan. Apa kabar tanah kita?"
"Bagaimana mungkin aku membangun
keluarga bersama perempuan yang dengan tangannya ia berlaku zalim terhadap
lingkungannya. Berdasarkan itu, aku putuskan untuk mengakhiri hubungan
ini." ucap Mataram mantap.
Kriwil pun keheranan.
"Mengakhiri hubungan? Memang
sempat jadian?"
"Nggak sih. Maksudnya
mengakhiri niat melamar. Sorry kebawa perasaan."
* * *
Cerita ini saya ambil dari komik 33 pesan
nabi volume 3 tentang jaga sikap raih kebaikan. Dalam hal ini yang diceritakan
memang seorang muslimah yang kelihatannya melakukan sebuah perbuatan yang tidak
disukai sehingga seorang laki-laki yang hendak melamarnya membatalkannya.
Namun dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi
cerita ini berkebalikan. Konteksnya bukan siapa yang melakukan tetapi apa yang
dilakukan. Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama.
Bahwa, kadang membuang sampah
sembarangan itu terlihat sepele. Padahal itu merupakan hal yang sangat penting,
yang menunjukkan karakter orang tersebut.
Kita Yang Payah Mengurus Sampah
Di negeri ini sampah mudah ditemui dimana saja.
Di sekolah, pasar, jalan, lapangan, warung, atau rumah sakit. Orangnya pun
kreatif membuang sampah sembarangan dimana saja seperti di selokan, laci meja,
lantai, bawah jendela, pot bunga hingga menyelipkan sampah di jok motor atau
sela-sela cabang pohon. Sering pula kita jumpai sampah-sampah yang menumpuk di
sudut kota.
Tidak hanya mereka yang berpendidikan rendah,
mereka yang berpendidikan tinggi pun berlaku demikian. Seorang Pembantu Rektor
di sebuah kampus sampai-sampai masih harus berbicara tentang sampah di hadapan
ribuan mahasiswa. Di sekolah dan kampus banyak sampah yang berserakan. Atau
guru-guru merokok yang membuang puntung rokok sembarangan misalnya di selokan
atau sela-sela pot bunga. Kurang terdidik apa mereka tentang sampah?
Orang miskin yang tinggal di bantaran kali
membuang sampah rumah tangganya ke sungai. Sungai adalah tempat sampah yang
luas dan murah. Orang kaya pun tidak jauh beda. Lazim kita jumpai ketika sedang
berkendara tiba-tiba dari jendela mobil ada orang yang membuang sampah ke
jalan. Baik itu tisu bekas, puntung rokok, atau bungkus kue. Begitulah kelakuan
orang yang tidak punya malu, tidak punya etika dan sesuka hati. Mobilnya bagus.
Tapi tidak dengan perilakunya.
Indonesia harus bekerja keras tangani sampah.
Jumlah penduduk yang besar adalah tantangan. Perda sudah ditetapkan. Himbauan
sudah berulang dilontarkan. Alat peraga sudah banyak terpasang. Berbagai
program sudah digulirkan. Namun, semua itu tidak efektif jika tidak ada
kesadaran individu dari setiap kita untuk menjaga kebersihan. Faktor internal
(kesadaran individu) lebih menentukan dan berpengaruh dibanding sebab-sebab
eksternal.
Aa Gym pernah menyindir kelakuan pelaku membuang
sampah sembarangan. Katanya, “SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah 5
tahun. 17 tahun belajar, tapi masih buang sampah seenaknya, belajar apa saja
ya?” Demikian kicauannya melalui akun twitter. Perlakuan kita terhadap sampah
cerminan akhlak kita. Akhlak kita terlihat cara memperlakukan sampah baik
dengan membuangnya, meletakkan begitu saja, membuang pada tempatnya, membuang
ke sungai, membakarnya, atau membawanya ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Suatu sore saya mengajak jalan-jalan si bungsu.
Kali ini saya menghindari keramaian jalan raya atau alun-alun kebangsaan daerah
saya, yang sedang molek, menyambut ulang tahunnya yang hampir dua abad itu.
Di salah satu sudut desa itu, ada pemandangan
yang menarik perhatian saya. Takjub saya melihat tumpukan sampah yang elok kelihatannya.
Sepertinya sebuah blumbangan atau lobang besar yang disediakan memang untuk
penampungan sampah.
Di sekitar sana ada perumahan baru yang hanya
siap belasan unit saja. Ada rumah warga tapi agak jauhan dari lokasi blumbangan
itu.
Di pinggir blumbangan itu ada selokan. Meskipun
tidak dialiri air tapi mungkin sebagai persiapkan jika memang saluran air sudah
dibutuhkan.
Yang menarik, sampah di sana kelihatannya tidak
diurus. Kesannya dibuang sembarangan. Tidak ada bak sampah di perumahan itu.
Kebetulan saya sempat masuk ke perumahan itu juga. Namun tidak lama, saya
keluar perumpamaan itu, dengan sempat menghirup kuat aroma sampah yang
menyengat. Sore itu, langit bersemangat menumpahkan muatannya.
Oleh Supadilah
Umm. Naudzubillah..
ReplyDeleteSemoga jadi teguran buat kita. Aamiin
DeleteTulisannya sejak awal sukses membuat saya penasaran, hebat! Ternyata Mataram bagus budi pekertinya, saya kira justru Mataram yang akan berlaku dzalim, ya seperti cerita standar lainnya yang mudah ditebak, ini berbeda! Soal sampah sangat banyak juga di sekitar saya yang masih memperihatinkan tindakannya dengan lingkungan, harus diingatkan kayanya manusia zaman sekarang, tapi siap-siap bertengkar. Sukses yaa mas supadillah keep a good work!
ReplyDeleteterima kasih ya mbak apresiasinya. betul. Kalau kita mengingatkan, bisa-bisa bertengkar. Hehe..
DeleteWah suka komik 33 pesan nabi juga ya mas. Kadang gemes liat orang buang sampah sembarangan. Padahal tahu bersih itu sebagian dari iman.
ReplyDeletesuka mbak. Ceritanya ngena banget. Tersentil dibuatnya.
DeleteIya mbas, bahasanya ringan. Cocok juga buat anak-anak. satu lagi aku suka komik pengen jadi baik. bagus juga loh mas.
DeleteBtw, komiknya ada di toko buka gak itu mas? Sepertinya menarik cerita-ceritanya. Islam yang sebenarnya ya memang sebegitunya termasuk soal sampah. Karena Islam cinta kebersihan.
ReplyDeleteSepertinya masih banyak, Mbak. Ini berseri kok. Banyak judulnya. Ringan tapi mengena
DeleteVery intresting story, ternyata tanpa sadar banyak manusia mendzolim bumi ini dengan membuang sampah sembarangan.
ReplyDeleteBenar, Koh. pada akhirnya kita sendiri pula yang menuai akibatnya
DeletePas baca tulisan awalnya kok sperti adegan komik vbi jengoten, ternyata benar dugaanku hahha.
ReplyDeleteItulah di Indonesia, sampahnya dibuang bukan diolah. Jadi dicampur dan menumpuk numpuk..huhu minimal dari RT sendiri dengan memilah sampah, yg busuk jgn disatukan dgn yv plastik2. Dan kurangi sampah plastik...
udah hafal nih kayaknya, hehe..
Deletejarang ada RT yang mandiri mengurus sampahnya, duh...klo saja ada ya Mbak
Iya nih, masalah sampah ini memang serius. Ketidak pedulian kita membuat bumi semakin tercemar dengan banyaknya sampah yang menggunung. Nah, untuk membuat perubahan bisa dimulai dari diri kita sendiri yaitu dengan memilah sampah antara organik dan anorganik. Lalu membuang sampah ditempatnya . ..
ReplyDeleteBener. Minim sekali kepedulian tentang sampah. Nah, semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Aamiin
DeleteSampah menjadi momok bagi kehidupan kita ...tapi solusi menyediakan bahan yang mudah didaur ulang dengan harga terjangkau juga tidak mudah ... plus meningkatkan kesadaran kita pribadi untuk membuang sampah tidak sembarangan dan menggunakan produk yang bersahabat dengan alam...
ReplyDeleteBener bang, padahal banyak juga manfaat sampah bisa mendatngkan income bagi banyak orang. Asal dia mau mengolahnya.
Deleteak gabisa buang sampah sembarangan asal buang, kalau ada sampah tapi nggak ada tempat sampah pasti aku bawa dulu, ketemu tempat sampah baru dibuang... tapi miris kalau lihat tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan sampah akhir jorok banget dan bau karena sampah organik dan non organik tidak dipisah...
ReplyDeleteKalau satu dua orang mungkin bisa lah ya Mbak, tapi kalau buaanyaaak kayak Indonesia, kalau landasannya kurang, susah punya kesadaran untuk menjaga tidak buang sampah sembarangan
DeleteCerita awal tentang Mataram yang dikutip dari komik itu unik. Soalnya jarang-jarang ada yang bilang kalau orang buang sampah itu zolim. Setuju kalau hal-hal kecil itu bener bisa berdampak besar. paling gemes yang buang sampah sembarangan meski itu tissue. Kantongin dulu kek huft
ReplyDeleteBener, Mbak. Perkara jodoh aja batal 'hanya' lantaran buang sampah. Hehe...
DeleteSaya pernah sekali lewat TPA Piyungan di Jogja. Sampahnya udah menggunung, dan overload. Sedih lihatnya. Apalagi edukasi soal sampah masih belum menyentuh banyak lapisan masyarakat. Saya pribadi belum bisa menerapkan zero waste, hanya bisa mengurangi nyampah dan membuangnya di tempat semestinya.
ReplyDeletepusing juga kita dengan sampah ya.. hehe
Deleteaku sedikit tertipu dengan judulnya. aku kira menceritakan orang lugu tapi XXX eh tau-taunya mengkeritik tentang sampah. memang sih masalah sampah manjadi masalah serius di kota ini, bukan kota ini saja tapi juga seluruh dunia (menurutku). Ketidak pedulian orang membuat bumi semakin tercemar dengan banyaknya sampah yang menggunung.
ReplyDeletedari komik bang...iya, bingung juga kalau skala besar. kalau rumah kita sndiri, mah mungkin bisa mengelolanya...hehe...
DeleteWah aku baru tau ternyata tisu susah diuraikan ya mas? Hiks kemana aja ya akuh? Thanks tulisannya menarik dan mencerahkan.
ReplyDeleteEh, maaf. Saya baca lagi, tisu kering 2-4 Minggu. Kalau tisu basah bisa lebih lama lagi. Maaf
DeleteHal kecil yang berdampak besar, buang sampah bagi kebanyakan orang adalah hal remeh padahal sangat berpengaruh. Membuat secuil sampah ketika 1000 orang melakukan hal yang sama maka akan jadi banyak, masalah etika buang sampah ini memang hal yang masih harus lebih didoktrin di Indonesia
ReplyDeleteSepakat, Mas. Kalau satu orang emang kurang kerasa. Tapi kalau dalam jumlah banyak, insyaallah sangat berarti mengurangi sampah.
DeleteAku kalau jadi Seruni, tisunya ta' kantongin terus. Hehe...Apalagi tissue basah ya, itu lebih sulit lagi diuraikan. Banyak banget produk-produk baru, wadah-wadah kecil terbuat dari plastik. Wadah obat, kosmetik...Aku udah berusaha memilah, tarok kantong terpisah. Eh...ama tukang sampah disatukan di gerobak. Kayaknya usahaku kurang nih. Harusnya dipilihanya sampai akhir...
ReplyDeleteAamiin, yang jadi seruni nya. Hehe... Iya mbak. Sering di kita nya udah selektif dengan sampah eh di orang malah sembrono
DeletePerkara membuang sampah sembarangan, dari sepengamatan aku, tidak terbatas pada mereka ekonomi bawah. Paling sebel kalau lihat penumpang mobil buang sampah (tissue, plastik makanan hingga BOTOL air mineral) dari jendela mobil.
ReplyDeleteAh. Sepakat Mas. Mereka kaya tapi kurang peduli dengan sampah. Kalau kata orang, nggak ngotak. Hehe...
DeleteCeritanya menarik dan pesan moralnya dapet banget. Terlihat sepele namun sebenarnya jadi PR besar buat kita utk menangani sampah ya kak. Jadi semakin paham mengapa tisu sulit diurai. Terimakasih pengingatnya, salam kenal:)
ReplyDeleteIya nih. Kadang bagi kita sepele. Ternyata tidak sederhana ya
DeleteKadang kalau liat orang yang sudah looknya bagus tapi buang sampah sembarangan pengen marah aja. Ga ada kesadaran taruh dulu gitu di tas terus kalau ada temoat sampah baru dibuang. Keliatan banget alim tapi dsolim terhadap bumi.
ReplyDeleteIya, bumi butuh orang yang berani menegur pelaku buang sampah sembarangan
DeleteUrusan sampah emang nggak ada habisnya kak, perlu kesadaran di diri masing2.
ReplyDeleteKalo saya sudah mulai dari rumah, mengurangi penggunaan plastik, saat ada sampah yang bisa di bawa ke bank sampah ya saya tukar, sampah rumah tangga kayak nasi atau sayur saya kasih makan ayam atau masukkan ke kompos.
Jadi semua sudah teratasi, tinggal orang nya aja yg mau bebas sampah atau tidak
Mnatap, Mbak. Kalau saya, sering menolak kantong plastik. Saat belanja
DeleteWaktu liat judul, aaya kira artikenya ngomongin tokoh politik, hehehhe. Ternyata tanpa disadari orang biasa juga bisa jadi zolim dalam kesehariannya ya karena sampah ini.
ReplyDeleteHehe..keren ya Mbak. Makanya saya tulis tuh dr baca komik.
DeleteYa Allah serem banget lihat tumpukan sampah yang begitu banyaknya, duh, itu airnya gak tercemar apa? seharusnya komplek perumahan mah bisa lebih bagus yang pengelolaannya hiks.
ReplyDeletePadahal dekat rawa. Rawa itu banyak pula yang punya sumur jet pump aatau bor dr sana. Jelas-jelas tercemar lah ya. Tapi entah kenapa mereka buang sampah sembarangan gitu
DeleteSampah, sampah, sampah! memang sampai saat ini masih menjadi permasalahan sosial di Indonesia. Rendahnya kesadaran diri ditambah dengan fasilitas yang minim makin memperparah keadaan.
ReplyDeleteKesadarannya kurang yaMbak. Semoga pada segera sadar.
DeleteHal kecil.. Padhal itu dzolim.. Mendzolimi i bumi.. Kasian bumiku..
ReplyDeleteSemoga kita terhindar dri perbuatan dzolim ini ya kak
Aamiin. Ya,mbak. Semoga terhindar dari perbuatan zolim
DeleteMataram orangnya perfeksionis ya? Emang sih hal-hal kecil gak bisa diabaikan, tapi ya kok aku gak begitu suka No body perfect harusnya dibilangin donk! Ih jadi ngomel akunya. Sampah memang sudah masalah urgen sekarang ini
ReplyDeleteHehe... Sebetulnya dia gak perfect juga sih. Cuma mungkin di situ pas idealisme nya. Jadi tak bisa ditawar.
DeleteBagus ceritanya.
ReplyDeleteSaya setuju perilaku menunjukkan karakter orang itu,termasuk buang sampah sembarangan berarti menunjukkan sikap ketidakpedulian. Pantas kok jika kita enggak respect lagi padanya
Ya, Mbak. Meskipun,kalau di dunia nyata mungkin tak segitunya. Bisa aja kita menengurnya
DeleteBuang sampah di tempat yang disediakan adalah celoteh saya tiap hari di sekolah. Pokoknya belajar tidak boleh dimulai kalau kelas belum bersih. Tapi gitu deh, esoknya begitu lagi. Mungkin sudah kebiasaan kali ya dari rumah mereka.
ReplyDeleteMasya Allah. Semoga tidak bosannya mengingatkan tentang sampah. Semoga banyak yang semakin sadar dengan sampah. Aamiin
DeleteSuka sebel kalau lagi naik motor, terus lihat dari dalam mobil di depan saya ada yang melempar sampah keluar.
ReplyDeleteMobilnya sih keren, tapi beli tempat sampah kecil aja nggak mampu.
Betul mbak. Kadang pengen njewer aja
DeletePas awal baca, kirain Mataram yang dzolim. Ternyata mba Seruni ya? Nauzubillah..
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah satu semester ini saya diet tisue, tapi sementara blm bisa diet tisue bayi buat Travelling. Semoga sudah bisa ikut ngurangin sampah juga
Analogi cerita pembukanya masuk banget di hati. Memang benar, sih, kita masih zolim pada bumi. ((Kita)) mungkin saya saja deh. Selama ini sampah organis saya jadikan kompos. Karena memang butuh untuk tanaman yang selalu butuh.
ReplyDeleteKalau sampah anorganik, saya ga tahu diapain lagi kecuali dibakar (karena rumah masih jarang tetangga dan banyak pohon tinggi)
Ya Allah... belum jadian saja sudah putus... Wkwkwk.
ReplyDeleteTapi saya setuju. Jangan mau sama cewek yang asal buang tisu sembarangan.
Menarik sekali ceritanya, bikin kita berkaca apakah sudah baik atau malah dzolim. Buang sampah pada tempatnya salah satu perbuatan yang baik.
ReplyDeletemenarik kisahnya, tamparan keras bagi kita agar tidak sembarangan mengotori bumi
ReplyDelete