Seberapa Penting Chilling dan Healing Untuk OYPMK dan Penyandang Disabilitas?
Sudah jatuh tertimpa tangga. Seharusnya keluarga memberikan dukungan, ini malah membuatnya semakin menderita. Itulah yang dirasakan oleh Mas Ardiansyah ketika mendapati dirinya terkena penyakit kusta.
Keluarganya malah memberikan stigma buruk. Seperti memisahkan tempat makan atau tidak boleh tidur di sembarang tempat. Jelas hal ini menambah tekanan untuk dirinya.
Padahal, dukungan untuk penderita kusta itu sangat diperlukan. Apa yang dilakukan oleh Mas Ardiansyah untuk bangkit dari penyakit yang dialaminya?
Ruang Publik KBR pada Rabu, 14 Desember 2022 menghadirkan talkshow dengan tema Pengaruh Chilling dan Healing Untuk OYPMK dan Penyandang Disabilitas mengupas strategi agar lepas dari keterpurukan. Talkshow ini menghadirkan Donna Swita sebagai Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) dan Ardiansyah sebagai Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia. Sebagai host dalam talkshow itu adalah Rizal Wijaya yang merupakan host KBR.
Mas Ardiansyah mengatakan ada tiga cara yang membuatnya bisa bangkit.
1. Percaya takdir Tuhan.
Seseorang harus menerima bahwa dia ditakdirkan mengalami kusta. Apapun yang kita alami tentunya atas kehendak Tuhan. Bisa jadi ini adalah ujian untuk menaikkan kualitas kita.
2. Percaya diri bisa bangkit.
Kekurangan atau ujian yang kita alami pasti ada hikmahnya. Setiap masalah ada solusinya. Setiap orang yang punya kekurangan pasti punya kelebihan. Pasti kita pernah lihat orang yang lebih menderita dari kita tapi tetap bisa survive. Kalau mereka bisa, kita pun pasti bisa juga.
3. Meyakini bahwa hidup harus terus berjalan.
Hidup tidak berakhir dengan tervonis kusta. Ada hidup yang harus terus dilanjutkan. Hidup kita ibarat sebuah perjalanan yang panjang. Jangan lantas berhenti atau menyerah dengan penyakit atau ujian yang kita alami.
Penting sekali healing bagi OPYMK. Hal ini untuk menguatkan rasa percaya diri untuknya. Ini pun sebetulnya bisa dilakukan dengan banyak cara termasuk menggunakan teknologi yang atau hiburan yang saat ini ada. Kalau Mas Ardiansyah bilang healing bisa juga dengan cara menulis.
“Menulis juga merupakan sebuah proses healing,” katanya.
Beliau menulis tentang diri, menceritakan perasaan yang dirasakan lewat tulisan, menumpahkan perasaannya di dalam hati.
Maka healing seperti ini pun malah menjadi produktif. Ada karya yang dihasilkan. Jadi healing tidak harus jalan-jalan atau liburan seperti yang kebanyakan dipahami orang-orang.
Mbak Donna menjelaskan banyak kiprah yang sudah dilakukan oleh IWE. IWE didirikan tahun 2008. Pendirinya para perempuan aktivis dan akademisi. Keanggotaannya tidak hanya di Indonesia. Malahan dulunya berkantor di Hongkong.
Tahun 2016 kantor IWE pindah di Jakarta. Banyak programnya bersentuhan dengan pemberdayaan perempuan yang ada di Indonesia.
Visi IWE adalah mendorong kepemimpinan perempuan, untuk membuat perubahan dunia menjadi lebih baik untuk perempuan dan kelompok minoritas lainnya. IWE juga aktif memperjuangkan pembela HAM. Saat ini IWE banyak berkolaborasi dengan Komnas Perempuan.
Teknologi bisa digunakan untuk healing. Teknologi juga harusnya digunakan untuk mendapatkan informasi yang benar dan lebih baik jadi tidak hanya dari media sosial saja dapatkan informasi dari sumber terpercaya.
Selama ini kita menganggap bahwa kusta itu bisa menular sehingga kita sangat takut dengan OPYMK. Bahkan ketika mereka sudah dinyatakan sembuh atau sudah kembali dari rumah sakit. Ini kan seperti berlebihan saja. Malah bukan hanya takut tapi kita justru memberikan perlakuan diskriminatif.
Padahal kusta itu adalah penyakit yang sangat tidak mudah menular. Kusta bisa menular jika terjadi kontak dalam waktu yang lama. Kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman atau duduk bersama.
Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Jadi bakteri penyebab lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Bakteri ini membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.
Dari talkshow itu saya melihat sosok Mas Ardiansyah yang berhasil bangkit bahkan menjadi sosok yang berguna untuk orang lain. Saya mengambil kesimpulan bahwa walaupun mengalami kusta, kita harus bisa bangkit, meningkatkan kemampuan untuk berkarya. Apalagi kalau bisa menemukan passion lalu dikembangkan sehingga bisa membuktikan bahwa setiap kita bisa punya karya.
Kebanyakan peserta talkshow pun salut dengan Mas Ardiansyah. Tidak hanya berhasil membangkitkan rasa percaya diri tetapi Mas Ardiansyah bahkan membantu rekan-rekan lainnya untuk bangkit dan sembuh.
Apa harapan beliau kepada orang-orang terdekat atau keluarga?
“Yang paling diharapkan adalah mau membantu untuk bangkit. Dan jangan malah memvonis atau mengatakan harus pasrah saja,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Mbak Donna bahwa seharusnya OPYMK tidak lagi jadi subjek ketika ada acara charity tapi justru dilibatkan pada kegiatan tersebut misalnya sebagai panitia.
Memang saat terkena atau divonis terkena kusta bisa jadi kita itu sulit untuk melangkah ke depan. Tapi kita harus menerima diri kita berpikir positif dan punya mimpi percayalah kusta bukan akhir dari segalanya.
Kusta di Indonesia besa jumlahnya. Yuk kita bantu lawan kusta dengan apa yang kita bisa. Mudah-mudahan kasus kusta di negeri kita semakin berkurang jumlahnya bahkan tidak ada lagi. Aamiin.
Post a Comment for "Seberapa Penting Chilling dan Healing Untuk OYPMK dan Penyandang Disabilitas?"
Kata Pengunjung: