Menikmati Getuk di Alun-alun. Nostalgia Masa Di Desa
Semakin hari makanan modern semakin banyak. Tak hanya menjanjikan rasanya yang enak tetapi cepat pula secara penyajian. Tapi, nutrisinya diragukan. Justru makakan cepat saji banyak efek sampingnya.
Sementara, makanan tradisional semakin terpinggirkan.
Padahal rasa naturalnya nggak kalah enak. Mungkin bahan baku yang semakin sulit di dapat akibat lahan-lahan semakin menyempit, atau harga jualnya yang nggak ramah di kantong sehingga orang semakin malas pula membuatnya.
Padahal, nutrisinya pasti aman untuk dikonsumsi, asalkan pakai bahan yang aman pula.
Mudah-mudahan makanan tradisional yang masih bertahan, tetap ada. Supaya kita punya alternatif makanan yang sehat pula.
Ahad ini saya sekeluarga ke alun-alun. Salah satu pemandangan yang menarik di jajaran kulinernya adalah getuk ini. Makanan yang mengingatkan saya pada kehidupan di desa. Dulu mah nggak perlu beli karena bisa bikin sendiri.
Alhamdulillah bisa icip-icip lagi makanan yang membesarkan saya ini.
Ukurannya kecil saja. Sekitar panjang 3 cm x 1 cm. Jadi emang kecil. Makanan rakyat yang enak ini bisa didapatkan seharga Rp. 1000 saja.
Awalnya saya beli enam ribu. Sejumlah uang yang tersisa di kantong. Eh ternyata kurang. Akhirnya saya balik ke motor lagi dan mengambil beberapa lembar uang yang ada di jok motor. Akhirnya saya beli sebelas ribu yang bisa dimakan bersama keluarga. Anak-anak kurang suka. Nggak papa. Biar saya makin banyak makannya.
Getuk yang manis karena gula merah ini ditaburi parutan kelapa di atasnya. Semakin gurih dan nikmat saja rasanya.
Getuk sudah mulai susah dicari kala dirindukan.
ReplyDeleteKalau ada, kirim ya Pak. Hehe
ReplyDelete