Surat Cinta Untuk Mas Jundi
Menjelang tidur biasanya engkau berpesan ke Abi
"Besok bangunin subuh, ya Abi."
"Emangnya kenapa?"
"Mas Jundi mau salat subuh," jawabmu.
Duh, seketika terharu menyergap. Masya Allah, senang sekali hati Abi, Mas Jundi. Sulung Abi memang membanggakan.
"Benar mau ikut salat subuh ke musola?"
"Benar."
"Tapi Mas Jundi harus gampang dibangunkan ya. Jangan susah,"
"Besok diusah aja muka mas Jundi. Diusap pakai air. Supaya bangun Mas Jundinya."
Masya Allah... Seperti ada yang sedang mengiris bawang. ðŸ˜ðŸ˜ Air mata Abi hampir menetes. Sudah menggenang.
Cukup. Cukup jadi anak soleh saja engkau sudah membanggakan orang tuamu, Nak.
Nak, Abi dan Bunda membolehkanmu suka apa dan jadi apa. Emang sih kalau Abi orang fisika, Bunda orang matematika. Tapi kami tak menuntutmu mau suka apa.
Kalimat ini yang jadi pegangan Abi,
Boleh jadi apapun, asalkan kau bahagia, tapi satu yang kupinta, jadilah orang baik.
Memang Abi dan Bunda kuliah sampai magister. Tapi kami tak memintamu harus sekolah tinggi. Yang penting kamu taat syariat dan bermanfaat bagi orang banyak.
Tahukah engkau harapan kami yang tersemat pada namamu? Faith Ilman Al Jundi. Nama adalah doa. Kami berharap engkau jadi sosok yang cinta ilmu, pejuang yang tangguh, dan meraih kemenangan.
Harapan itu menjadi doa kami. Terlepas dari itu, yang paling kami harapkan adalah engkau selalu bahagia dalam jalan hidupmu.
Teruslah berada di jalan Allah. Dekati terus Allah. Mudah-mudahan engkau diberkahi oleh Allah.
Ruang kemungkinan masih terbuka lebar. Dulu engkau yang bercita-cita jadi pemadam kebakaran, berubah jadi penerbang, lha sekarang pengen jadi pemain bola. Abi hanya mengarahkan dan memberi tahu kemungkinan-kemungkinan dengan cita-citamu. Abi dukung banyak aktivitasmu. Jalani dengan bahagia. Selami pengalaman di dalamnya. Jadikan bekal hingga baliqh. Lantas, setelah itu engkau pilih jadi apa, Abi akan mendukungmu.
Jika saat ini Abi punya banyak batasan, itu demi kebaikanmu. Misalnya habis magrib di rumah ngaji dulu. Semata-mata mendapatkan pengalaman kebiasaan baik. Ada ungkapan "Awalnya engkau yang membentuk kebiasaan. Lalu kebiasaanlah yang akan membentukmu."
Jadi supaya engkau disiplin. Memanfaatkan waktu. Juga anjuran agama; waktu maghrib adalah tepat untuk mengaji.
Kalau waktu sore engkau sekolah agama, itu kan engkau yang minta. Abi tak banyak berharap engkau bisa apa dan sampai mana. Bahkan kalau itu jadi waktu bermainmu, itu juga tak apa-apa.
Engkau yang selalu semangat berangkat sekolah, tak pandang hujan deras, ngotot minta diantar.
Masih teringat engkau menangis lantaran tak diajak puasa sunah. Abi pikir, kan puasa sunah, ikut puasa nanti aja pas puasa Ramadhan. Ternyata engkau memaksa pengen ikut puasa juga. Walaupun, saat duha sudah bilang lapar dan mau makan. Hehe..
Maafkan Abi yang kadang tak sabar mendidikmu. Kadang kesal karena terlalu banyak minta; saat Abi sedang bekerja. Abi marah, kadang menyakitimu. Padahal, kala di tengah perjalanan, di atas kereta menyusuri Jakarta-Rangkasbitung ada kerinduan yang menyesakkan dada. Itulah rasa cinta. Mudah-mudahan engkau jadi anak yang soleh, sopan kepada orang tua, sayang kepada yang muda. Membanggakan keluarga, bermanfaat untuk banyak orang. Aamiin ya rabbal alamin.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete