Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sebuah Rekor (Jurnal Ayah Hari Ke-9)

 Mas Jundi berangkat dulu ke musola ya," pamit si sulung. Hari ini masih libur sekolah. Zuhur masih beberapa menit lagi. Tapi mas Jundi sudah tidak sabar ke musola. Saya masih di depan laptop.
"Ya, boleh. Duluan aja Mas," kata saya.

Tidak berapa lama kemudian masuk waktu Zuhur. Azan pertama berkumandang dari masjid bawah. Suaranya khas. Saya hendak mengambil air wudhu. Lalu terdengar suara azan dari musola depan rumah. Suaranya pun khas. Lebih saya hafal pula. Gimana nggak hafal. Suara anak sendiri. Ya, yang sedang adzan di musola itu adalah mas Jundi.

Senang banget mendengar azan anak. Suaranya terdengar adem banget walau tidak merdu amat. Ada rasa haru yang memantik doa seketika,
Mudah-mudahan engkau selalu di jalan Allah. Betah taat kepada Allah. Senang dan bahagia melakukan ibadah.. Menikmati beraktivitas di jalan Allah. Aamiin


Rupanya, nggak cuma saat Zuhur saja mas Jundi azan. Sewaktu ashar pun mas Jundi azan. Masya Allah. Ini rekor, lho. Sebab biasanya mas Jundi sekali saja dalam sehari. Kalau nggak Zuhur, ya Ashar aja. Atau Magrib aja.

Lha ini malah dua kali. Alhamdulillah banget.  Seneng sekali. Mudah-mudahan menjadi anak Soleh.

Sebagai hadiah atas rekor ini, saya pun bilang ke mas Jundi.
"Mas Jundi hari ini azannya dua kali ya?"
Dia diam aja. Belum nyambung.
"Keren lho Mas Jundi. Sering azan itu hebat." Saya acungkan jempol. "Ini uang buat jajan mas Jundi sama adek ya."

Sampai dipegang uang itu, mas Jundi nggak bilang apa-apa. Meskipun nggak ngomong sepatah kata pun, wajahnya kelihatan berbinar-binar. Kelihatan sangat bahagia. Lalu dia mengajak adiknya ke warung untuk beli jajan.

Post a Comment for "Sebuah Rekor (Jurnal Ayah Hari Ke-9)"