Peduli Kucing Yang Kelaparan (Jurnal Ayah Hari Ke-6)
Malam itu kami sedang nyenyak tidur. Sekitar pukul 10 malam. Terdengar meongan kucing dari arah luar. Nabrak-nabrak pintu depan. Saya sebenarnya dengar juga. Tapi ngantuk banget. Maka saya diamkan. Meskipun tetap mengganggu.
Ternyata mas Jundi juga bangun. Dia menoleh ke saya. Bilang kalau ada kucing di luar. Saya diam saja. Mas Jundi memburu saya.
"Kucingnya dimasukkan ya, Bu?"
"Ok, boleh saja. Ambil sendiri ya."
Kemudian dia keluar. Memutar kunci pintu depan. Saat membukanya, kucing seketika masuk ke rumah. Lalu Mas Jundi pun memberi makan kucing itu. Makanan kucing ada di depan rak buku. Kemudian dituangkan ke tempat makan.
Tidak berapa lama, Mas Jundi kembali ke kamar. Misi sukses. Tak lama kemudian Mas Jundi kembali terlelap. Ah, senangnya melihat si sulung peduli dengan kucing. Rela mengusir kantuk untuk memasukkan kucing yang lapar. Juga mungkin kedinginan. Saya yang orang tua saja malas. Mending menuruti kantuk. Eh tapi Mas Jundi mau mengambil kepayahan untuk memasukkan kucing.
Besoknya saya buka pintu rumah, memang sih sudah tertutup. Tapi ternyata tidak dikunci kembali. Duh, Mas Jundi kelupaan ini pasti. Untungnya tidak ada maling masuk ke rumah. Syukurlah.
Post a Comment for "Peduli Kucing Yang Kelaparan (Jurnal Ayah Hari Ke-6)"
Kata Pengunjung: