Bahagia Jadi Guru Literasi
Di sekolah, saya dijuluki guru literasi. Kata teman-teman guru saya suka baca buku dan sering menulis. Ada teman bertanya,
“Pak Padil, gimana biar suka baca? Saya kalau baca buku sering nggak tahan. Baru sebentar sudah mengantuk. Nggak pernah tamat kalau baca buku,”
Saya jawab,
“Baca buku yang ringan dulu, Bu. Pilih buku fiksi. Biasanya lebih seru karena ada imajinasi. Dibanding buku manajemen apa, strategi apa. Itu biasanya agak berat. Kalau berat, kita malas bacanya.”
“Kemudian baca semampunya. Jangan memaksakan langsung selesai. Malah bagus kalau sedikit baca terus berhenti. Itu tandanya dia memikirkan dan memaknai yang dibacanya. Biasanya dia akan ingat dengan yang dibacanya. Daripada banyak baca eh banyak lupanya.”
Di rumah ada perpustakaan keluarga. Buku-buku diletakkan di 4 tempat yaitu di ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan warung.
Setiap bulan selalu ada buku baru. Tidak semuanya beli. Banyak yang dapat secara gratis dari reward atau give away. Istri saja heran melihat saya suka baca. Padahal saya banyak baca fiksi. Bahkan fiksi anak-anak.
Saya baru menulis 1 buku. Mudah-mudahan bertambah lagi.
Saya banyak membaca agar punya bekal mendidik 2 anak saya dan ratusan siswa. Jadi niat saya baca buku selain menambah ilmu juga memberikan teladan pada anak dan siswa. Supaya kalau mengajak mereka baca buku tidak susah karena saya sudah melakukannya lebih dulu.
Kalau memberi tahu bahwa menulis itu mudah juga tidak susah. Sebab saya sudah melakukannya.
Saya bukan guru Bahasa Indonesia yang identik dengan nulis, lho. Saya guru fisika. Bermodal nekat saya menulis. Banyak belajar dari mana saja. Termasuk dari IG Live yang diadakan oleh JNE yang menghadirkan Kang Maman.
Eh iya, Kang Maman lulusan Ilmu Kriminologi Universitas Indonesia. Terbukti kalau siapapun bisa jadi penulis.
Pernah berfoto bersama penulis-penulis keren
Saya cukup rutin ngeblog. Kalau di koran belum tentu dimuat karena harus diseleksi. Nah, kalau di blog, ibaratnya kita pemilik medianya sekaligus
redakturnya. Jadi pasti dimuat. Nah, jangan ragu lagi untuk ngeblog ya.
Luar biasa, bukan guru B Indonesia tapi menulisnya keren, struktur dan gramatikanya bagus banget, top dech..
ReplyDeleteHehe..bukan bermaksud ngomporin guru bahasa Indonesia sih Ambu. hehe..Semoga memotivasi aja sih. Saya pun masih belajar, padahal.
DeleteKeren banget pa Padil..
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Pak Dadang.
DeleteMembahagiakan diri sendiri dengan membaca dan menulis ya Pak Padil. Bisa jadi contoh juga buat anak dan siswa.👍
ReplyDeleteBenar sekali, Pak. Hehe.. Literasi ini sebetulnya banyak membawa kebahagiaan untuk kita sendiri ya. Mudah-mudahan untuk kemudian hari bisa membawa kebahagiaan untuk masyarakat lebih luas lagi. Aamiin
DeleteSemangat ngeblog semangat terbitin buku. Sukses selalu Pak Padil
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Bu. Sudah memotivasi. Bantu saya agar istiqamah dengan literasi ya Bu. Ramaikan grup Lagurenal. Hehe
DeleteMengajak berarti memberi contoh. Itulah keteladan. Mantap. Inspiratif.
ReplyDeleteBetul, Ambu. Mudah-mudahan dengan memberikan contoh, mereka bisa semangat mengikuti kita. Aamiin
DeleteLuar biasa pak, patut ditiru.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih banyak, Pak. Matur suwun sudah mampir. hehe
DeleteSiap, Pak Guru Fisika. Menjadi pelecut bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.Terbukti, menulis itu melakukan bukan belajar kaidah. Kaidah didapat setelah menggoreskan pena atau mengetik pada layar komputer.
ReplyDeleteSaya bangga betul dengan Pak D. Mau berbagi dengan sesama penulis dengan memberikan masukan-masukan. Sering hal itu terlupa atau memang kami yang tidak tahu. Semoga tidak jemu menjadi pembimbing kami. Aamiin
DeleteGuru Fisika yang suka membaca dan menulis, yaa Pak Padil jawabannya.
ReplyDeleteMenulis dan Membaca harus di praktekkan. Jika dipraktekkan maka akan terbiasa, walaupun sedikit-sedikit lama kelamaan akan menjadi kebiasaan.
Terima kasih banyak, Pak Guru imut-imut. Hehe.. Nulis emang praktik ya Pak. Teori secukupnya. Selebihnya nulis, nulis, dan nulis. Hehe...
Delete