Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Resep Menulis Tanpa Kehilangan Ide

Sore ini dapat kesempatan ikut belajar bareng Kang Maman. Acaranya itu "Asyiknya Nulis Yang Asyik". Acara ini live di JNEWS Online. Saat tahu acara ini diisi oleh Kang Maman, aku langsung antusias. Sebab, materi yang selalu diisi oleh Kang Maman selalu keren. Misalnya ketika acara peluncuran buku Hari Bahagia Bersama sebagai momentum 31 tahun JNE (Selasa 7/9/2021).


 

Kang Maman menekankan bahwa kita sebetulnya tidak bakal kehabisan ide. Bahkan punya ide tulisan yang sangat hebat.

Sumber ide tulisan kadang dari hal sederhana. Misalnya Kang Maman bertanya ke ibunya, apa yang paling membuat seorang ibu bersedih. Jawab ibunya, “Ketika dibentak oleh anaknya.” Aku jadi teringat banyak dosaku pada mamakku. Bukan sekali dua kali aku membentak mamakku. Dulu sangat sering. Duh, besar kali dosaku. Tapi aku masih malu meminta maaf.

Jawaban itu dituliskannya lewat tweet. Memanen banyak komentar. Reaksinya beragam. Ada yang mendukung ada yang tidak.

Ada yang marah. Ada yang bilang jangan sok mendramatisasi. Kita bisa menikmati dan lapang dada dengan perspektif yang berbeda. Dari perbedaan itu kita bita menemukan berbagai perspektif yang berbeda. Itu menjadi modal utama untuk tulisan.

Kang Maman mengingatkan bahwa sumber inspirasi banyak. Sangat banyak. Tinggal kita jeli atau tidak menangkap peristiwanya.

Bahkan musibah atau duka itu bisa dinikmati.  Dinikmati sebagai pengalaman yang belum tentu orang lain merasakan. Kalau kehilangan orang yang kita cintai di dunia ini, jangan terlalu berduka. Sebab, di dunia ini sejatinya kita tak punya hak milik. Hanya punya hak pakai. 

Berbagai pengalaman yang kita alami sangat mungkin jadi tulisan yang bermakna. Kuncinya mau diam dan menuliskannya menjadi tulisan yang menginspirasi. Itulah proses kreatif. Menciptakan pengalaman sebagai tulisan. 

Kalau kita bisa menuliskan pengalaman itu menjadi tulisan, kita akan selalu hidup, bahkan ketika meninggal kelak. Ya, tulisan kita hidup dalam pikiran orang lain.

 Menulis sebagai proses penyembuhan. Mungkin kita sedih atau terluka. Mengalami kejadian yang luar biasa sehingga membuat kita tertekan. Luka itu bisa kita sembuhkan. Kejadian itu buat dalam tulisan. Jadikan tulisan yang punya pesan bagi pembacanya. 

 Tulisan yang berbobot memiliki proksinitas atau kedekatan pada kasus. Kalau kejadian itu kita alami, semakin kuatlah tulisan kita. Bahwa tulisan kita bukan sekadar mengawang-awang tapi benar-benar kita alami. 

Ah, selama ini begitu banyak pengalaman yang terlewat begitu saja. Tanpa menuliskannya. Tanpa mengekalkannya menjadi sebuah pelajaran yang bisa diambil maknanya. 

Kang Maman juga cerita ada seorang perempuan yang hamil. Kelihatan perutnya besar. Semakin hari semakin besar. Sampai suatu hari dia tidak kelihatan. Kita berpikir dia sedang lahiran. Beberapa hari kemudian dia kelihatan lagi. Perutnya sudah tak besar lagi. Kita pikir, ah dia sudah melahirkan. Tapi, di mana bayinya? Di rumahnya tak terdengar pula tangisan bayi. 

Setelah ditanya, dia menjawab anaknya telah dibeli. Bahkan sejak masih dalam kandungan. Rupanya kehamilannya sudah dibeli orang atau sudah diijon. Belum keluar. Entah laki-laki atau perempuan anaknya. Dia tak sempat memberi nama darah dagingnya itu. Bahkan tak sempat melihat wajah bayi yang berbulan-bulan berada dalam satu badan dengannya. 

Jika selama ini kejadian seperti itu ada di film atau sinetron, Kang Maman melihatnya langsung. Ada kejadian seperti itu di negara kita. Mungkin saja di daerah kita.

Menulis bukan sekadar bisa membuat jenis tulisan yang populer atau viral. Mendapatkan untung atau rupiah saja. Menulis merupakan sebuah perjuangan kemanusiaan. Mengungkap kejahatan yang sedang dialami oleh orang lain. Sebagai lulusan kriminologi, Kang Maman lekat dengan berbagai kejahatan yang bisa terjadi pada siapa saja. Termasuk pada seorang perempuan. 

Poin utamanya tulis aja dulu. Apapun pengalaman kita pasti ada hal yang bermakna. Kita bisa cari hal yang paling tidak bisa dilupakan di masa lalu tersebut. Lalu tuliskanlah. Itu akan menjadi hal yang tidak akan terlupakan pula.

Menjadi penulis berarti menyuarakan sesuatu yang sudah tidak bisa bersuara. Ada banyak hal yang tidak bisa dikatakan, kita katakan lewat tulisan. Ada orang yang tak kuasa melawan kejahatan orang lain. Lawanlah itu dengan tulisan. Bantulah dia lewat tulisan.

Perintah agama yang pertama kali adalah iqra. Sekilas sepele tapi ternyata besar sekali maknanya. Iqra bukan hanya baca buku. Bahkan Facebook pun bisa memberaikan makna iqra. Begitu kata Kang Maman.

Kalau kamu membaca, kamu akan menemukan sesuatu. Kalau ketemu sesuatu, tulislah agar abadi. Jadikan kritik sebagai pacar imajiner. Terima kasihlah kepada orang lain atas kritiknya. Kritik itu pertanda dia peduli atas karyamu. Dia yang akan menyempurnakan karyamu. Berterima kasihlah pada dia yang tidak dibayar tapi rela memperbaiki karyamu. 

#jnewsxkangmaman

 




Post a Comment for "Resep Menulis Tanpa Kehilangan Ide"