Hari Ke-3 Isolasi Mandiri
Pagi ini masih hilang penciuman. Apa yang ditunggu saat mengalami gejala Covid-19? Saya menunggu matahari pagi. Agar bisa segera mungkin berjemur. Ya, berjemur diyakini bisa mencegah dan mengusir virus Covid-19.
Kondisi kami masih sama. Istri lebih parah dibanding saya. Dia batuk, lemes, dan hilang penciuman. Untungnya saya nggak begitu. Hanya sedikit pusing saat bangun tidur, lalu perlahan hilang. Hanya penciuman tetap belum kembali.
Pagi hari Mbak Asih bawa makanan. Dicantolkan di pagar. Setelah itu, beliau ke kantor. Kali ini yang nemui mbak Asih adalah istri saya. Sementara, saya sedang cuci baju. Ya, dalam kondisi begini, saya yang lebih sehat, mengambil alih beberapa pekerjaan yang biasanya dipegang istri. Mulai dari masak nasi, masak air, mencuci, menjemur pakaian, melipat jemuran, nyapu rumah dan lainnya.
Begitulah orang Jawa; kondisi apapun masih ada untungnya. Ya, untuk nggak keduanya yang lemah. Untungnya saya lebih sehat.
Pagi ini ada yang mengirim makanan. Nggak tau siapa. Yang melihat orangnya sih Mas Jundi. Tapi dia nggak paham siapa orangnya. Siangnya, ada juga yang mengirimkan bahan makanan. Ada telur, beras, mie instan, dan minyak. Diletakkan di depan pagar saja.
Karena nggak tau siapa orangnya, untuk berterima kasih, saya kabarkan lewat status WhatsApp. Dampaknya sih makin banyak yang tau kami sedang isoman. Padahal, sebelumnya kami diam-diam saja. Supaya nggak ngrepotin orang. Tapi mungkin akhirnya harus begini. Dan benar saja, ada beberapa orang yang bertanya apakah kami sedang isoman atau positif.
Mudah-mudahan dengan banyaknya doa dari teman-teman, kami bisa segeralah sembuh. Mohon doa dari teman-teman. Aamiin.
Di hari ketiga ini berdatangan makanan dari tetangga, teman, bahkan tetangga jauh. Ada yang ngasih telur, ayam siap saji, martabak, sop hangat, buah, susu, dan lainnya. Terharu dengan kepedulian teman-teman akan ujian pada keluarga kami.
Ada juga tetangga yang menyarankan terapi bawang putih yang diletakkan di hidung. Katanya cepet ngatasi hilang penciuman. Saran itu saya lakukan. Meskipun efeknya nggak terlalu. Mungkin dampaknya beda-beda tiap orang. Alhamdulillah meskipun penciuman hilang, badan saya masih sehat. Cuma, istri tetap kelihatan lemah. Susah makan juga sih. Beda banget dengan saya yang omnivora; pemakan segalanya.
Malam menjadi waktu yang paling berat bagi saya. Anak-anak susah saat mau tidur. Kadang-kadang kejadiannya unik. Waktunya mau tidur, eh si bungsu malah mau makan biskuit. Tapi dia nggak mau makan sendiri, minta kakaknya makan juga. Sementara, kakaknya nggak mau makan. Akhirnya si bungsu nangis. Lucu juga sih. Hehe ..
Saya pun datang. Minta mereka diam. Si bungsu menjelaskan kenapa dia nangis. Terus ganti minta dipijit pakai minyak kayu putih. Saat dioleskan, dia ketawa-ketawa. Padahal barusan dia nangis. Kakaknya malah ikut gelitikin. Makin keras ketawanya. Dalam hitungan menit dari menangis menjadi tertawa. Setelah kondisinya aman, saya tinggalkan mereka. Dari kejauhan saya masih dengar mereka tertawa-tawa. Hadeuh.. .
Post a Comment for "Hari Ke-3 Isolasi Mandiri"
Kata Pengunjung: