Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Sebagai Juri Short Movie



Pekan kemarin sekolah saya mengikuti  Porssiqu. Sebentar, Porssiqu ini merupakan kependekan dari Pekan Olahraga, Seni, Sains dan Al Quran (Porssiqu). Porssiqu rutin diadakan setiap tahun. Ringkasnya, ajang buat sekolah-sekolah di bawah naungan JSIT Indonesia.

Nah, karena pendemi, pelaksanaannya pun dilakukan secara daring. Tahun ini  sekolah kami ditunjuk sebagai panitia.

Tugas panitia menentukan penanggungjawab dan juri. Untuk tingkat SMA, lomba yang diadakan sebanyak 13 cabang lomba.

Saat memilih PJ dan Juri, kepala sekolah menawarkan kepada guru-guru untuk mengisi PJ dan juri di setiap cabang lomba.  Saya memilih short movie.

Ada dua juri di setiap cabang lomba.  Tugasnya menilai dan menentukan juara 1, 2, dan 3. Rekan saya Pak Niko dari NFBS Serang.

Oh iya, jenis lomba short movie pada ajang ini dikhususkan untuk pembuatan profil setiap sekolah. Ya mungkin setelah lomba ini, video bisa digunakan sebagai promosi sekolah. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Pejuang Deadline


Seperti lomba pada umumnya peserta mayoritas mengirimkan karya mendekati deadline.  Bahkan ada yang 2 menit sebelum batas maksimal.

Di hari itu, 25 Februari, sempat khawatir karena baru 2 yang mendaftar dari total 13  SMA. Alhamdulillah, akhirnya 12 sekolah mendaftar.

Kerja juri relatif tidak berat karena hanya memeriksa video yang dikirimkan oleh peserta. Dalam lomba short movie ini, peserta hanya mengirimkan link youtube-nya.

Tahu berapa lama juri memeriksa? Yah, karena tidak banyak, cukup semalaman-lah.

Juri lebih dulu memeriksa persyaratan masing-masing video seperti penggunaan tagar,  jumlah kata dalam deskripsi video, dan durasi video.

Itu  syarat awal yang kami pertimbangkan. Oh iya. Dalam lomba ini yang diutamakan adalah kekeluargaan dan persahabatan. Jadi ditekankan bahwa tidak ada saling menjatuhkan dan ngotot mau menang. Hehe...

Nah, setelah itu baru ada 4 hal yang menjadi penilaian juri. Penasaran nggak apa saja 4 hal itu?

1. Angle atau sudut pengambilan video


Ya, kami memberikan poin lebih atas kreativitas pengambilan angle video. Gimana ya...memang mata itu akan sangat enak memandang sesuatu yang tidak biasa. Meskipun harus tetap pada batas kewajaran alias tidak berlebihan. Nah, ada video yang yang secara isi, kurang bagus tapi dipoles dengan pengambilan sudut yang ciamik sehingga mendapat tempat di hati para juri.

2. Kreativitas



Beberapa video profil peserta lomba, seperti video profil pada umumnya. Terlesan kaku, dengan hanya menampilkan satu atau dua pembicara saja yang menguasai profil sekolah. Kalau seperti  ini, yang nonton bakal cepat bosan.

Maka kalau bisa pembicaranya bergantian agar  penonton menjadi tidak bosan.

3. Alur Cerita


Alur turut menentukan dalam Panitia juri memberikan nilai yang lebih tinggi Meskipun tidak harus runut atau alur maju tetapi kerunutan antara satu tayangan dengan tayangan yang lain masih berurutan dan tidak terpisah jauh video yang memiliki keterkaitan yang yang erat satu angle dengan angle yang lain itu memberikan nilai  lebih.

4. Kualitas Video


Sayang banget ada video yang lengkap dan banyak program sekolahnya tapi tidak didukung dengan kualitas video yang bagus.

Padahal kenyamanan menyimak video juga ditentukan dengan kualitas video.

Ada dua video profil sekolah yang kurang bagus kualitasnya. Memang tidak semua bagian video sih tapi di beberapa bagian saja. Entah mengambil video lama atau penggunaan alat yang kurang mumpuni sehingga kualitas videonya kurang maksimal, masih terkesan pecah, atau buram.

5. Lengkap


Di peraturan tercantum syarat durasi video 5-10 menit. Ada video yang cukup lengkap menggambarkan profil sekolahnya, sehingga ibaratnya tidak perlu lagi ada yang ditanyakan dari sekolah ini.

Tapi ada juga sekolah yang kesannya berlebihan dengan menampilkan hal yang tidak perlu seperti spot yang tidak ada kaitannya dengan yang dibutuhkan oleh orang ketika mencari profil sekolah.

Saya terkesan dengan satu sekolah yang  menampilkan penggunaan seragam di sekolahnya. Seingat saya hanya satu sekolah saja.

Pada akhirnya lomba ini merupakan ajang berlatih bagi para siswa. Penilaian juga  tidak seketat dengan lomba-lomba sejenis pada umumnya. Namun, juri telah berusaha maksimal untuk mencari yang terbaik.

 


Tentu saja juri sangat terkesan dengan karya-karya para siswa. Saat pandemi begini kan sekolah tutup. Siswa belajar daring. Tapi  demi lomba ini siswa harus ke sekolah, dengan protokol kesehatan yang ketat, untuk pengambilan video.

Sebagai penutup, juri menyadari bahwa keputusan juri tidak bisa memuaskan se.ua peserta. Juri juga manusia hehehe... Jadi mohon maaf kepada guru pendamping dan peserta yang ikut lomba. Mudah-mudahan kalian yang telah mengumpulkan karya, tidak patah semangat kalau belum juara.

Semoga  terus berkarya. Jadikan ajang Porssiqu sebagai latihan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi. Semoga di lain waktu kalian berprestasi. Aamiin.

Rangkasbitung, 2 Maret 2021

5 comments for "Catatan Sebagai Juri Short Movie"

  1. Keren lombanya sekalian bisa promo sekolah, sukses terus pak...👍

    ReplyDelete
  2. Mantap program sekolahnya Pak. Salut

    ReplyDelete
  3. Mantap ilmunya .mudah-mudahan bisa mengadopsinya.

    ReplyDelete