Yang Baru Kutahu Tentang Nabi Muhammad
Perikehidupan Nabi Muhammad Saw punya banyak inspirasi. Keluhuran akhlaknya seakan tidak pernah habis menjadi acuan bagi umat muslim. Kisah kehidupannya seakan tidak pernah selesai untuk diulas dibahas dan dipraktikkan.
Kalau kita baca tentang siroh Nabi, (seakan) selalu mendapati hal yang baru, meskipun kita telah membacanya dari banyak buku atau mendengar kisah dari banyak penceramah.
Karena memang, biasanya buku atau penceramah biasanya mengedepankan sisi-sisi tertentu dari kehidupan beliau.
Karena tidak akan cukup ribuan lembar buku untuk menuliskan beliau. Dan tidak pernah cukup bola ribuan jam untuk membicarakan kisah kehidupan beliau.
Selalu ada yang baru. Begitu pula dari buku yang saya baca buku tentang Nabi Muhammad SAW yang dikisahkan oleh Buya Hamka. Buku ini ditulis oleh Mohammad Saribi, sesuai dengan penuturan Buya Hamka kepadanya.
Saya telah selesai membaca Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syekh Syafiurrahman Al Mubarakfuri. Namun banyak hal yang tak didapati di buku Buya Hamka. Ya, buku Buya Hamka ini diperuntukkan buat anak-anak kecil. Dalam sapaannya, Buya Hamka memilih kata 'Cucu-cucuku...'
Buku ini cocok sekali untuk buku bacaan anak lagi pada saat Ramadan ini, mudah-mudahan semakin meningkatkan kecintaan pada Nabi.
Dalam buku ini Buya Hamka mengatakan bahwa Nabi Muhammad disusukan kepada Halimatussa'diah. Benar, ini sudah kita ketahui sejak lama.
Namun dalam pemikiran saya proses persusuan itu seperti datangnya baby sitter atau pengasuh ke rumah-rumah, seperti kebanyakan yang terjadi.
Namun ternyata bukan seperti itu kejadian. Dalam bangsa Arab ada budaya menyusukan bayi kepada wanita-wanita pedalaman.
Dalam waktu tertentu wanita-wanita pedalaman itu keluar menempuh jarak yang jauh kemudian ke Mekah dan menawarkan untuk menyusukan bayi-bayi.
Para wanita itu biasanya memprioritaskan kepada para bangsawan atau orang-orang yang dipandang sebagai orang kaya. Mereka pun biasanya akan menghindari bayi yatim karena dianggap orang tuanya tidak akan mampu membayar dengan jumlah yang besar.
Ini terjadi pula pada Nabi Muhammad. Dalam satu kelompok wanita yang datang ke Mekah itu mereka menghindari Nabi Muhammad, termasuk Halimatussakdiah. Namun, karena tak juga kunjung mendapatkan bayi yang hendak disusui, akhirnya mau tak mau Halimatusyadiah mendatangi Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad lalu dibawa ke daerah pedalaman itu. Budaya ini memiliki tujuan agar para bayi selama disusui itu mendapatkan perawatan yang bagus. Didusun kebersihan akhlak, budi pekerti, dan kesederhanaan masih terjaga kemurnian.
Sementara itu, udara Mekkah tidak lagi kondusif dengan keramaiannya.
Kondisi ini akan berpengaruh pada sikap sopan santun, rendah hati orang desa yang sangat mempengaruhi benar karakter Muhammad.
Ternyata, proses persusuan ini dilakukan dalam waktu yang lama bukan 1 atau 2 hari atau pekan, tetapi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Nabi Muhammad sendiri dikembalikan kepada orang tuanya pada saat usia 4 tahun. Nah, tentu waktu yang lama, bukan.
Pengorbanan besar bagi orang tua. Yang dipisahkan dengan bayinya. Tanyakanlah kepada ibu-ibu yang baru saja melahirkan, bagaimana perasaan mereka ketika disapih atau dipisahkan dengan bayinya
1 atau 2 jam saja terasa 1 atau 2 hari.
1 atau 2 hari terasa 1 atau 2 minggu. Istri saya waktu melahirkan anak pertama harus dipisahkan dari sang bayi karena lahir dengan proses sesar. Dia sibuk menanyakan dan minta dibawakan bayinya saja.
Maka dapat dibayangkan bagaimana perasaan Aminah kalau itu yang dipisahkan dari bayinya. Sudahlah dalam jangka waktu yang lama, jaraknya pun jauh, sehingga tidak dapat sewaktu-waktu mengunjunginya.
Diceritakan pula Nabi Muhammad sewaktu kecil, setelah kakeknya dan ibunya pula meninggal, Nabi Muhammad tinggal bersama Abu Thalib, yang memiliki banyak anak. Abu Tholib merupakan tokoh
Quraisy yang tidak begitu begitu kaya.
Quraisy yang tidak begitu begitu kaya.
Untuk membantu sang paman, Nabi Muhammad menggembala kambing kambing. (Sudah tau keles....). Sebentar.
Namun, saya baru tersadar dan baru tahu bahwa ternyata Nabi Muhammad menggembala kambing tidak seperti gembala kambing di Indonesia.
Tadinya saya berpikir mengembala kambingnya seperti anak-anak penggembala di Indonesia yang ngangon di pagi hari, kemudian pulang di siang atau sore hari. Jadi waktunya tidak lama, juga tempatnya tidak jauh. Mungkin ke lapangan, ke sawah, ke ladang atau tempat-tempat yang banyak rumput lainnya.
Kemudian, disela-sela ngangon itu bisa main bola, berenang di sungai, atau mencari buah-buahan di sekitarnya.
Tetapi tidak demikian dengan Nabi Muhammad. Di Mekkah tidak banyak padang rumput, karena daerahnya tandus.
Tidak mungkin bagi nabi untuk mengembalikan di dalam kota. Tidak ada rumput. Maka Nabi Muhammad dan teman-temannya yang juga pengembala kambing harus menggembala kambing ke bukit bukit yang jaraknya jauh. Kadang harus berada di luar daerah sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya.
Sejak kecil Nabi Muhammad telah mengalami dan merasakan berbagai perjuangan. Hal ini yang menempa dirinya menjadi pribadi yang kuat.
Selama mengembala kambing itu, Nabi bersahabat dengan alam, belajar dari alam. Menyaksikan bintang-gemintang, menyaksikan perubahan cuaca dan kondisi alam.
Ini menimbulkan banyak perenungan pada Nabi. Jadi sejak kecil Nabi kaya dengan pengalaman.
(Bersambung)
Post a Comment for "Yang Baru Kutahu Tentang Nabi Muhammad"
Kata Pengunjung: