Catatan Kunjungan IBF 2020. Serunya Surga Buku
Kehadiran pameran buku sangat baik untuk meningkatkan literasi
masyarakat. Salah satu pameran buku yang layak diapresiasi adalah Islamic Book
Fair (IBF). Hingga 2020 ini, IBF telah digelar sebanyak 19 kali. IBF 2020 ini digelar
selama lima hari 26 Februari-1 Maret.
IBF sangat efektif menumbuhkan minat baca. Banyaknya buku yang
digelar menjadi magnet pengunjung untuk membelinya. Beli dulu, urusan baca
belakangan. Kalau sudah punya, pasti tertarik membacanya. Atau, melihat teman beli buku, kita juga akan tertarik melakukan
hal serupa.
Dari tahun ke tahun pelaksanaan IBF selalu meraih. Pengunjungnya
semakin meningkat. Menurut saya hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu meningkatnya
budaya literasi dan
Sebelumnya, budaya literasi bangsa kita memang menjadi sorotan
lantaran sangat rendah. Bahkan laporan PISA 2019 pada Desember lalu juga masih menempatkan
Indonesia pada urutan ke-72 dari 77 negara.
Saya selalu hadir ke IBF dalam enam tahun terakhir. Meskipun tak
selalu membeli buku. Sengaja membawa serta keluarga. Sebab di IBF tak hanya
menyediakan buku tapi juga ada sarana main anak. Di sana anak bisa merasakan
berbagai sarana bermain yang bisa meningkatkan motorik dan kemampuan
berpikirnya.
Membawa keluarga juga sebagai sarana menumbuhkan kecintaan sesama
anggota keluarga. Sebelum berangkat keluarga bisa rapat keluarga membahas
persiapan dan tujuan perjalanan. Di perjalanan, keluarga bisa latihan
menumbuhkan kepekaan antar anggota keluarga. Misalnya dengan saling berbagi
beban, dan berbagi makanan atau minuman.
Tidak hanya literasi baca, IBF bisa sebagai bagian dari literasi
keuangan. Kita dituntut untuk mahir mengelola keuangan. Memilih buku yang
sesuai bajet keluarga. Bahkan, bisa jadi sebuah keluarga membuat program
menabung beberapa lamanya untuk ke IBF.
Biasanya ketika di lokasi, kita akan bingung memilih buku.
Karenanya, dianjurkan untuk membuat daftar buku yang hendak dibeli. Supaya uang
yang dikeluarkan memang sesuai peruntukannya.
Lewat menabung, kita sekaligus mengajarkan kepada anak untuk
menumbuhkan sikap hemat. Anak harus berkorban dengan uang jajannya untuk
mendapatkan buku atau mainan yang diminatinya.
Peran Sekolah/Pondok
IBF menjadi semakin semarak dengan sekolah mengerahkan dan
mengarahkan siswanya ke IBF. Banyak sekolah, pesantren, dan lembaga pendidikan
Islam yang menjadikan IBF sebagai bagian agenda literasi sekolahnya. Hal ini
sangat bagus untuk variasi kegiatan literasi. Terlebih bagi pondok pesantren
yang memang akrab dengan literasi. Budaya literasi santri harus senantiasa
terjaga. Lewat IBF salah satu sarananya.
Santri diharapkan terus
menumbuhkan tradisi literasi yang dinamis dan terbarukan. Sebab ilmu pun semakin hari semakin berkembang.
Kehadiran penulis buku menjadi magnet bagi pengunjung. Penulis
seperti Asma Nadia, Isa Alamsyah, Habiburrahman El Shirazy, Oki Setiana Dewi,
dan lainnya. Mendengar langsung motivasi menulis dari para penulis kenamaan
efektif memotivasi diri.
Banyak pula pesantren yang mengerahkan para santrinya untuk hadir
di IBF. Bahkan ada pimpinan lembaganya yang juga melaunching bukunya. Pimpinan
pondok pesantren La Tansa Lebak Banten, KH. Adrian Maftihullah melaunching
bukunya Pangeran Tanpa Mahkota. Ratusan santri menghadirinya.
Ada baiknya kegiatan IBF ini dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya. Bisa jadi pelaksanaannya diadakan di awal bulan atau tanggal muda,
saat itu keuangan masih sehat. Namun bisa jadi ini strategi agar kita
benar-benar mampu memanajemen keuangannya supaya tetap bisa datang ke IBF.
Isu kekhawatiran virus Corona juga ada. Dikatakan, wilayah Jakarta
masuk sebagai daerah berpotensi tersebarnya virus tersebut. Namun hal ini tidak
mengurangi antusiasme pengunjung untuk hadir. Di berbagai media sosial
mengabarkan membludaknya pengunjung IBF setiap harinya.
IBF dan Pendidikan Karakter
Kunjungan ke IBF juga
menjadi sarana pembelajaran bagi pengunjung untuk menerapkan prinsip
persaudaraan. Saling berbagi dan membantu sesama pengunjung. Antrean yang
saling berdesakan menjadi ujian ketertiban pengunjung. Sejauh mana mereka bisa
menjaga nilai-nilai karakter baik dengan kondisi yang serba tidak enak. Terutama saat mengantre mengambil wudhu yang
untuk keluar masuk pintu menuju mushola sangat terbatas.
Islamic Book Fair 2020 mengambil tema Literasi Islam Cahaya Untuk
Negeri diramaikan sebanyak 343 stand yang diisi penerbit, media massa, biro
perjalanan, properti syariah, instansi pemerintah, dan lainnya.
Buku-buku yang tersedia sudah pasti asli. Bukan bajakan. Dengan
sendirinya IBF mengedukasi masyarakat agar menghindari dari buku bajakan.
Islam memiliki kontribusi yang besar untuk kemajuan negeri. Lewat
IBF kita bisa berharap banyak. Bukan hanya meningkatnya minat baca dan literasi
bangsa tapi juga internalisasi karakter baik bagi generasi bangsa.
Post a Comment for "Catatan Kunjungan IBF 2020. Serunya Surga Buku"
Kata Pengunjung: