Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Guru Super Untuk Indonesia Produktif

Dalam perhelatan Sea Games 2019 di Manila, terselip satu kisah haru. Kisah yang dialami oleh Edgar Xavier Marvelo, atlet wushu Indonesia. Beberapa jam sebelum bertanding, dia mendengar kabar duka bahwa sang ayah, Lo Tjhiang Meng meninggal dunia. Bercampur aduklah perasaan Edgar saat itu. Kehilangan sosok ayah tentunya memberikan kesedihan yang mendalam. Namun, panggilan negara membuatnya harus menguasai emosi. Bagaimana pun rasa sedih dan kehilangan menyelimuti hatinya, dia harus tampil baik untuk meraih kemenangan. Pada akhirnya, Edgar berhasil menyumbangkan dua medali emas dari cabang wushu nomor taolu kombinasi daoshu dan gunshu untuk Indonesia. 


"Apapun yang terjadi, Edgar tidak boleh berhenti dari wushu dan tetap selalu ikut pertandingan yang ada," kata Edgar mengenang pesan terakhir ayahnya. Itulah motivasi terakhir dari sang ayah. Saat menerima medali, Edgar tampak tak kuasa menahan air mata. Dia mendedikasikan emas yang diraihnya untuk sang ayah dan tanah air tercinta.

Kemenangan didapat tak selalu dari menaklukan musuh. Yang lebih utama adalah menaklukkan diri sendiri. 

* * *

Sosok yang tidak berbeda jauh dengan gambaran sosok Edgar adalah sosok guru. Guru itu sosok yang hebat. Menjadi guru itu harus pandai-pandai mengelola emosinya. Bagaimanapun kondisi emosi, hati, dan pikiran seorang guru, dia dituntut tampil paripurna di hadapan siswa. 

Saya telah merasakan dan membuktikannya. Telah delapan tahun  saya menjadi guru. Dua tahun menjadi guru di sekolah menengah pertama (SMP) dan enam tahun menjadi guru sekolah menengah atas (SMA). 

Dalam konotasi positif, guru harus mampu ‘bermuka dua’. Meskipun banyak permasalahan yang dibawa dari rumah, begitu tiba di sekolah guru harus mampu meninggalkan dan menanggalkan semua masalahnya. Di tengah beban mengajar yang tidak sedikit, guru tidak boleh lupa untuk selalu menjadi inspirasi keteladanan. 

Meskipun ada masalah dari rumahnya baik itu permasalahan keuangan, berantem dengan pasangannya, anak di rumah rewel atau lainnya guru harus senantiasa kelihatan ‘baik-baik saja’ di depan kelasnya. Segunung kerisauan hati hanya boleh sampai pintu kelas. Sampai di kelas terpasang wajah ceria, bahagia, dan bersemangat. 




"Dari semua pekerjaan berat, salah satu yang paling sulit adalah menjadi guru yang baik." kata Maggie Gallagher.


Hal ini dalam upaya memberikan perhatian dan pelayanan terbaik kepada siswa. Jangan sampai guru mengajar dengan lesu, sedih, dan lemah semangat yang dapat mempengaruhi kondisi siswa.

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena dengan pendidikan kita bisa mengubah kehidupan. Pendidikan merupakan jalan tercepat memutus rantai kemiskinan.

Terlepas dari berbagai motivasi menjadi guru, tatkala guru telah menjadi pilihan hidup,  maka jalani profesi itu dengan sebaik-baiknya.


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatakan bahwa seorang guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.


Banyak pihak meletakkan harapan pada guru. Dan harapan itu terletak dipundak 3,1 juta guru di Indonesia (Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017). Maka guru perlu senantiasa memiliki motivasi untuk terus memberikan yang terbaik.

Manusia merupakan makhluk obsesif. Selalu punya kehendak menjadi lebih baik lagi. Jangan mau menjadi guru yang biasa-biasa saja.  Agar mampu melaksanakan perannya dengan baik, berbagai karakter unggul yang harus dimiliki oleh guru.




Bagi yang berprofesi guru pasti satu suara bahwa beban guru itu banyak. “Guru harus setara atlet binaraga” kata Dodit Mulyanto yang dimuat di Jawa Pos edisi 27 November 2019. Tugas guru di antaranya mempersiapkan pembelajaran, melakukan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran.

Kadang jam kerja guru melewati jam aktif. Sampai di rumah pun ‘diusik’ oleh siswa atau orangtua yang melakukan komunikasi.

Padahal bukan hanya tugas sekolah yang harud diurusi. Guru juga harus memikirkan keluarga dan aktivitasnya.

Saking banyaknya tugas, tidak jarang guru mengalami kewalahan dan kelabakan dengan tugasnya. Tugas yang selalu datang bertubi-tubi. Ada saja pekerjaan yang tidak kunjung selesai dan abai. Tidak sedikit guru yang mengeluh dengan kondisi ini. Namun banyak juga guru yang sukses dengan perannya.

Tugas administrasi rampung, kewajiban mengajar terselesaikan, dan keluarga tidak terbengkalai. Malahan banyak di antara mereka juga merupakan guru berprestasi. Ternyata, rahasia mereka bisa menyelesaikan amanah adalah manajemen waktu.

Setiap kita diberi potensi waktu yang sama 24 jam dalam sehari semalam, 168 jam seminggu. Dengan porsi waktu yang sama, kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa?

Manajemen waktu berkaitan dengan memilih prioritas dalam pekerjaan. Ungkapan “Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang tersedia” ada benarnya. karena itu, ada baiknya kita membuat daftar aktivitas dalam sehari-hari agar terlihat mana pekerjaan yang harus kita dahulukan. 

Membuat skala prioritas tentang penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, atau tidak penting tidak mendesak. Miliki jadwal kegiatan sehari-hari agar kita menjalani hari dengan teratur dan terarah. Setelah itu, adakan evaluasi, mungkin kita banyak menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang kurang produktif.




 
Memajukan pendidikan Indonesia merupakan kerja bersama.  Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun kelompok. Karena itu, kolaborasi menjadi sebuah keharusan. Saling bekerja sama dan bersatu.

Bahkan, jika kita bersatu pun belum tentu pendidikan segera maju. Apatah lagi jika kita saling bercerai berai dan gontok-gontokan.

Dalam ranah pendidikan kadang terbentuk sekat-sekat guru PNS vs honorer, guru senior vs guru junior, atau guru negeri vs guru swasta. Sekat ini membuat kita lemah. Membanggakan tingkat kesejahteraan juga kerap menjadi pemicu kecemburuan sosial. Antara guru sertifikasi dengan yang belum sertifikasi, guru PNS dengan guru honorer tadi.

Memperbesar masalah ini hanya akan melemahkan kita. Jadi tak perlu dilanggeng-langgengkan. Ingat tujuan besar kita, yaitu bagaimana membawa pendidikan Indonesia ini menjadi lebih maju. Tujuan besar ini jangan tereduksi dengan persoalan-persoalan tadi.

Lihat bagaimana pendidikan di negara lain yang semakin maju. Jika kita terus disibukkan dengan hal yang remeh temeh, bukan tidak mungkin pendidikan kita akan terus jalan di tempat bahkan semakin tertinggal.

Zaman sekarang merupakan zaman kolaborasi. Prinsipnya, sayangi yang muda, hormati yang tua. Ciptakan iklim kolaborasi dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Saling bantu antarguru. Kerahkan energi kita untuk berinovatif, berkreasi, dan berprestasi. Misalnya dengan aktif menulis, menciptakan inovasi pembelajaran, mengikuti lomba guru berprestasi, dan lainnya.

Guru generasi X (lahir 1965-1976) dan guru milenial (lahir 1977-1995) memiliki kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana mempertemukan perpaduan antara pengalaman dan pengetahuan keduanya dapat menciptakan kekuatan sebagai modal memajukan pendidikan Indonesia.

  


Pengetahuan bersifat dinamis. Dalam kurun waktu singkat terjadi perubahan yang tidak bisa dihindarkan. Guru yang tidak melek teknologi akan tertinggal dan tersingkirkan. Berbagai inovasi muncul dalam dunia pendidikan. Teknologi menghadirkan berbagai kemudahan.

Teknologi merupakan salah satu sumber inovasi, walaupun, bukanlah satu-satunya. Hal ini menjadi peluang bagi guru untuk meng-update ilmu dalam menemukan dan menciptakan pembelajaran konseptual sehingga menjadi menarik dan agar siswa lebih aktif.


Penggunaan teknologi saat mengajar banyak manfaatnya. Di antaranya yaitu:
Membantu guru menyiapkan pembelajaran kontekstual
Mengajar menjadi lebih mudah
Membuat siswa antusias belajar
Mempermudah sistem administrasi
Mempermudah kolaborasi antarguru




Berprestasi dengan fasilitas serba ada, itu biasa. Namun berprestasi dalam kondisi keterbatasan, itu baru luar biasa. Banyak sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas belajar terutama sekolah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). 

Kadang mereka harus belajar dengan ruang kelas yang lantainya masih tanah, meja kursi tidak lengkap, tidak berseragam, atau alat tulis seadanya. Namun hal ini jangan sampai menyurutkan semangat dalam mendidik generasi bangsa. Jadilah guru berkarakter SUPIR yaitu supel, ulet, inovatif, dan rajin. 

Guru haruslah ulet, tidak mudah menyerah. Jadikan kekurangan sebagai tantangan. Berbagai kondisi peserta didik merupakan modal untuk mencetak generasi yang berkarakter. Menganggap semua kemampuan peserta didik adalah unik. Setiap peserta didik dibantu untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Mendedikasikan peran untuk mencetak generasi yang unggul.

Dalam mendidik, guru ditantang untuk melakukan pembaruan dan berinovasi dalam menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan. Terus menerus dalam semangat ini, membuat kehidupan guru selalu dinamis dan meningkat pengetahuannya.

"Sebuah karakter dan prinsip yang cemerlang tidak akan pernah datang dari sekolah dengan gedung megah, tapi dipenuhi guru-guru yang rakus dengan uang, hingga urusan jalan-jalan atau seragam saja bisa jadi lahan bisnis. Karakter dan prinsip yang cemerlang selalu datang dari tempat yang cemerlang sesederhana apa pun tempatnya, datang dari proses pendidikan yang baik, dari guru-guru yang tulus dan berdedikasi tinggi." Tere Liye, Novel Negeri Di Ujung Tanduk



Profesi guru sangat dihargai di Indonesia. Global Teacher Status melaporkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-5 negara yang sangat menghargai guru. Penelitian ini dilaporkan oleh Varkey Foundation di tahun 2018. Di depan Indonesia ada China, Malaysia, Taiwan dan Rusia sebagai negara paling menghargai profesi guru. Sementara itu, dibelakang Indonesia ada negara-negara seperti Korea, Turki, India, Finlandia, Jepang, dan lainnya. Para guru Indonesia patutlah berbangga bahwa profesi guru sangat dihargai di negeri ini. Pemerintah juga menganggap profesi guru sangat penting bagi kemajuan negara. 

Imam Safe’i, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mengatakan ada lima jenis kebahagiaan. Pertama, bahagia sehari. Jika ingin bahagia sehari maka sempatkan tidur siang. Kedua, bahagia seminggu, yaitu weekend. Manfaatkan akhir pekan betul-betul untuk mengistirahatkan fisik dan menikmatinya. Ketiga, bahagia sebulan. Caranya dengan menikah. Maka ada istilah “bulan madu”. Keempat, bahagia setahun. Caranya dengan memperingati hari ulang tahun kita. Dan yang terpenting adalah bahagia seumur hidup. Caranya adalah dengan menikmati profesi kita. Termasuk dalam hal ini adalah menikmati aktivitas mengajar.


Dengan berbagai kerumitan serta beratnya beban sebagai guru seperti menghadapi siswa yang bandel, beban administrasi yang banyak, tuntutan administrasi, kritisnya murid dan orangtua, banyak malah amat banyak orang yang tetap bertahan sebagai guru. Mengapa demikian? Banyak alasannya. Salah satunya karena panggilan jiwa mendidik generasi muda. Harapan agar mereka menjadi generasi yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju.

Mendidik adalah investasi masa depan. Berharap kelak akan muncul guru, dokter, polisi, menteri, pejabat, dan pemimpin-pemimpin yang berkarakter, unggul, dan berkualitas

Selain itu, menjadi guru akan membuat kita semakin bertambah ilmu. Sebab dengan menjadi guru, membuat kita terus menerus belajar. Ilmu senantiasa berkembang. Masalah dalam dunia pendidikan selalu dinamis. Dan itu semua merupakan tantangan bagi guru untuk selalu belajar dan belajar.

Satu contoh, jika dulu guru mengedukasi siswa yang merokok tembakau, sekarang ini guru juga mengedukasi siswa yang merokok vape atau rokok elektrik. Untuk bisa mengedukasinya, tentu guru harus punya pengetahuan tentang vape ini. Menjadi guru senantiasa membuat kota harus belajar dan belajar. Maka, ilmu kita bertambah da  berkembang. 






Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia secara intens mendorong pemerintah untuk memerhatikan pendidikan. Kadin juga ‘turun tangan’ dengan melakukan berbagai program yang mendukung peningkatan pendidikan utamanya pendidikan vokasi. Kadin juga menguatkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan sistematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan bidang pekerjaan tertentu.
Tentu program ini selaras dengan kebijakan link and match pendidikan dan dunia industri yang menjadi kebijakan Presiden Joko Widodo dengan penunjukan Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kabinet Indonesia Maju. 

Keberadaan PSG ini membuat pendidikan lebih relevan dan terarah. Sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha sebagai upaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dan berdaya saing dalam pembangunan. 

Bahkan ikhtiar menyatukan dunia pendidikan dengan dunia usaha ini dilakukan sampai pada lingkup ASEAN. Kadin menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah kerja sama dengan Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia. Pertukaran mahasiswa maupun dosen ini merupakan kesempatan untuk bertukar ilmu, magang atau berlatih langsung di industri. 

Program lain yang juga dikembangkan adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau Prakerin. Program ini memiliki kemanfaatan dalam menyiapkan siswa tentang bagaimana bekerja sesuai dengan berbagai keahliannya. Sehingga, ketika lulus nanti siswa tidak kaget dan bingung dengan masalah pekerjaannya. Silaturahmi dalam masa pelaksanaan Prakerin juga banyak membantu siswa. Mereka mendapat berbagai informasi tentang dunia usaha dan pekerjaan di tempat mereka melakukan program. Prakerin dipandang efektif dalam menyiapkan SDM yang berkompeten dalam dunia usaha. 
Kerja sama juga dilakukan oleh Kadin Jawa Timur yang menggandeng IHK Trier, EKONID, dan GIZ Technical and Vocational Educational and Training (TVET) asal Jerman. Selain itu, Kadin juga aktif mendorong kepada pemerintah untuk menguatkan riset di antaranya dengan  memperbesar dana untuk riset. 

Penutup

Investasi dalam pendidikan merupakan hal yang tepat untuk mewujudkan kemajuan. Negara-negara maju merupakan negara yang memajukan pendidikan dan menghargai guru. Guru super dengan berbagai kompetensi yang dimilikinya merupakan faktor pengungkit kemajuan bangsa. Semoga, dengan hadirnya guru super, pendidikan Indonesia semakin  maju dan produktif.

Dalam tulisan ini, kompetensi-kompetensi ini dituliskan untuk guru. Namun, kompetensi tersebut sifatnya umum untuk berbagai profesi dan pekerjaan. 

* * *

Artikel ini diikutkan dalam lomba menulis artikel (Blog Competition) Kadin Indonesia dengan tema ‘SDM Unggul, Indonesia Produktif.’


Sumber Data dan Bacaan:
 [1] databoks.katadata.co.id
[2] https://www.antaranews.com/berita/856182/kadin-jatim-perkuat-pendidikan-vokasi-bekerja-sama-dengan-jerman
[3] https://www.harianbhirawa.co.id/kadin-jatim-bksp-tingkatkan-kesadaran-dunia-usaha-tentang-pendidikan-ganda/
[4] https://kadin.id/news-event/news-detail/31/kadin-satukan-dunia-usaha-dan-pendidikan#
[5] https://www.ristekdikti.go.id/kabar/sertifikasi-kompetensi-dongkrak-kepercayaan-dunia-industri-terhadap-pendidikan-vokasi-menristekdikti-serukan-optimalisasi-kualitas-dosen-vokasi-melalui-pengiriman-program-retooling-ke-luar-negeri/

Daftar Pustaka


Deporter, Bobbi & Mike Hernacki. 2015. QUANTUM LEARNING. Bandung: Kaifa.
Tantyo, Dea. 2016. Extra Ordinary. Jakarta: Duta Media Tama.


 




 

 




 



1 comment for "Guru Super Untuk Indonesia Produktif"