Memajukan Transportasi, Meningkatkan Pemerataan Pembangunan
Mudik menjadi tradisi
yang sangat dinanti. Bertemu dengan keluarga dan saudara serta yang selama
ini ditinggalkan. Saat bertemu, para keluarga saling bercengkrama menanyakan
kabar dan bertukar pengalaman. Silaturahmi dalam bingkai mudik itu pun menjadi
moment yang membahagiakan. Harusnya begitu.
Namun kadang
perjuangan untuk mudik tidaklah ringan. Kami lalui dengan penuh 'perjuangan'.
Seringnya,
untuk mudik kami menggunakan transportasi darat, dengan menggunakan bus. Rute mudik
Rangkasbitung (Banten)-Merangin (Jambi) memakan waktu dua hari satu malam. Biasanya,
kami memilih lintas barat atau lintas tengah.
Kondisi jalan
yang rusak di beberapa titik membuat pengendara harus melajukan mobil dengan
hati-hati. Padahal, di beberapa titik tersebut dikabarkan rawan bajing loncat
atau begal. Titik-titik yang rawan biasanya di perbatasan Lampung-Palembang dan
Palembang-Jambi yang memang masih berupa hutan, perkebunan karet atau sawit.
Meskipun pada
umumnya mengincar mobil berukuran besar, namun siapa saja yang lewat tentunya
membutuhkan kehati-hatian yang ekstra. Terutama di jalur
Lampung-Martapura-Pabumulih-Bengkulu, Lahat-Tebing Tinggi, Lubuk
Linggau-Sarolangun.
Begitulah yang
kami rasakan saat mudik. Mungkin pelintas rute itu pun akan mengalami hal yang
sama. Lama di jalan, sesampainya di rumah, membuat kondisi kami tidaklah sama
dengan saat berangkatnya.
Tadinya,
penampilan kami rapi, segar dan bersemangat. Lantas berubah menjadi kusut, layu,
dan kehilangan semangat lantaran lama di jalan itu tadi.
Lintas
Sumatera menjadi momok bagi banyak orang. Pada beberapa kasus, demi keamanan
yang lebih meyakinkan, pelintas meminta bantuan dari aparat untuk mengawal.
Sedemikian ‘menakutkannya’ lintas Sumatera tempo dulu. Yah, kondisi di atas
terjadi pada beberapa tahun ke belakang. Namun kondisinya sekarang ini sangat
jauh berbeda.
Mudik atau
melewati lintas Sumatera sekarang ini sangat nyaman. Jalan-jalan sudah berubah
halus dan mulus. Perjalanan jadi lancar. Kita tidak lagi harus ‘menderita” saat
melakukan mudik.
*
Transportasi Memadai
Kehadiran tol
Sumatera sangat membantu para pemudik ke pulau Andalas. Tol memangkas waktu
dengan sangat signifikan. Jika sebelumnya waktu Bakauheni (Lampung) – Palembang
mencapai 10-12 jam, sekarang hanya memerlukan waktu 5-6 jam saja.
Lancarnya
perjalanan, bukan hanya pemudik saja yang diuntungkan, akses jalan ini tentu
membawa dampak positif bagi aktivitas antar antar daerah, antar provinsi dan
antar pulau.
Sektor
transportasi memiliki peran strategis dalam mempengaruhi bidang-bidang lainnya.
Ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai dapat memperlancar arus
suplai barang dan jasa yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, sosial,
ekonomi, dan lainnya.
Indonesia yang
berbentuk negara kepulauan memiliki tantangan besar dalam pemerataan
pembangunan. Tidak dimungkiri, banyak yang merasa selama ini pembangunan hanya
terpusat di pulau Jawa saja. Istilahnya Jawa-sentris. Perekonomian negara kita
juga terpusat di Jawa. Ibaratnya, Jawa seperti gula yang rasanya manis,
dikerubuti ‘para semut’.
Ternyata, lebih
dari setengah ekonomi Indonesia disokong oleh ekonomi yang di pulau Jawa.
Badan Pusat
Statistik melaporkan bahwa kontribusi pulau Jawa terhadap perekonomian nasional
mencapai 58,49 persen. Sumatera sebesar 21,66 persen. Kalimantan sebesar 8,20
persen, dan Sulawesi sebesar 6,11 persen. Pulau-pulau lainnya 5,54 persen.
Ketersediaan
infrastruktur transportasi juga berpengaruh pada bidang pendidikan. Hal ini
dapat dipahami bahwa transportasi merupakan faktor yang sangat penting
peranannya dalam menunjang perkembangan suatu wilayah.
Pembangunan
infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia menjadi perhatian pemerintah. Hal
ini dimaksudkan agar konsentrasi tenaga kerja, kepadatan penduduk, dan
aktivitas ekonomi tidak hanya terjadi di satu wilayah tertentu, melainkan
pemerataan. Inilah yang menjadi semangat pemerintah lewat kepemimpinan presiden Joko
Widodo.
Dengan
dukungan transportasi yang baik di seluruh wilayah Indonesia, diharapkan tidak
ada lagi daerah yang terisolasi, tertinggal, dan terbelakang.
Pemerintah
berbenah. Berbagai sarana dan prasarana transportasi dibenahi dan dibangun. Tidak
hanya di daerah pusat, pembangunan juga di daerah-daerah yang selama ini belum
tersentuh. Tentunya, ini membanggakan bagi warga yang selama ini hanya menantikan
kehadirannya.
Akselerasi Pembangunan
Infrastruktur Transportasi
KementerianPerhubungan (Kemenhub) telah membangun berbagai sarana dan prasarana
transportasi pada sektor darat, laut, dan udara di berbagai wilayah di
Indonesia.
Grafis 4 Tahun Capaian Pembangunan Prasarana Transportasi
Selama periode 2014-2018, sebanyak 21
pelabuhan penyeberangan
baru dibangun untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil. Beberapa di
antaranya adalah Pelabuhan Penyebrangan Kuala Tungkal di Jambi, Pelabuhan
Penyebrangan Seba di Nusa Tenggara Timur, dan Pelabuhan Penyebrangan Amahai di
Maluku.
Selain itu, pemerintah melakukan pembangunan jalur kereta api termasuk jalur ganda
dan reaktivasi tahun 2018 ditargetkan mencapai 366,60 km’sp. Pembangunan jalur
ganda kereta api ini bertujuan untuk meningkatkan waktu tempuh dan meningkatkan
kapasitas lintas kereta. Dengan keberadaan jalur ganda, waktu tempuh
kereta yang awalnya 100-120 menit akan menjadi 60-90 menit. Kapasitas lintas juga akan
meningkat dari 54 kereta api menjadi 114 kereta api.
Pembangunan sarana perkeretaapian dapat memperlancar mobilitas pengguna kereta api yang
sangat signifikan jumlahnya. Data kemenhub melaporkan jumlah
penumpang kereta api dari tahun 2014-2108 yang mencapai 1.779.519.569 orang.
Grafis 4 Tahun Capaian Pembangunan Sarana Transportasi
Pembangunan di sektor laut difokuskan pada
pembangunan pelabuhan nonkomersil dan pembangunan kapal pendukung program tol
laut. Hasil dari pembangunan
ini, jumlah trayek tol laut mengalami peningkatan.
Pada tahun 2016, tol laut hanya berjumlah 6 trayek, kemudian bertambah menjadi
13 trayek di tahun 2017, dan meningkat menjadi 15 trayek di tahun 2018. Jumlah
kapal tol laut juga mengalami penambahan. Selama empat tahun Kementerian
Perhubungan telah membangun 100 unit kapal pendukung tol laut.
Pelabuhan nonkomersil dibangun di 104
lokasi, di antaranya Pelabuhan Tapaleo di Maluku Utara, Pelabuhan Wayabula di
Maluku Utara, Pelabuhan Atapupu di NTT, Pelabuhan Wasior di Papua Barat, dan
Pelabuhan Bicoli di Maluku Utara.
Wilayah Indonesia memang beragam. Beberapa daerah hanya bisa diakses
melalui udara. Kemenhub juga melakukan pembangunan infrastruktur transportasi
udara pada periode 2014-2018. Dalam kurun waktu tersebut, total ada 10 bandara
yang dibangun.
Salah
satunya adalah pembangunan Bandar Udara Wamena di Papua, untuk membantu
masyarakat di wilayah Pegunungan Jayawijaya agar dapat terhubung dengan Kota
Jayapura dan kabupaten pemekaran lainnya seperti Kabupaten Lanny Jaya dan
Kabupaten Tolikara. Begitu pula dengan pembangunan Bandar Udara Juwata di Tarakan,
yang dibangun agar akses masyarakat Kalimantan Utara dan daerah sekitarnya
meningkat.
Pembangunan juga dilakukan pada pengembangan kualitas
sumber daya manusia (SDM) transportasi. Dalam hal ini, Kemenhub melakukan
pngembangan Kampus Akademi Perkeretaapian Indonesia di Madiun, Kampus BP2IP
Padang Pariaman di Sumatera Barat, dan Kampus PIP Makassar di Sulawesi Selatan.
Kemenhub juga melakukan pengadaan sarana pesawat latih serta kapal latih.
Pembangunan dalam bidang ini diharapkan melahirkan SDM transportasi yang
berkompeten di bidangnya dan kualitas transportasi Indonesia semakin meningkat.
Pemerataan
pembangunan pasti menjadi harapan setiap daerah. Setiap orang pasti
menginginkan daerahnya maju dan tidak tertinggal dari daerah lain, dalam
berbagai bidang.
Selain itu,
presiden Jokowi juga melaporkan bahwa selama periode pertamanya telah melakukan
pembangunan berbagai infrastruktur antara lain:
980 Km jalan tol, 3.793 Km jalan nasional, 2.778 jalan perbatasan, 330 unit jembatan gantung, 7 pos Lintas Batas Negara, 18 trayek laut, 15 bandara baru, MRT/LRT, 79 infrastruktur olahraga, dan 65 bendungan.
Lima belas
bandar udara baru yang dibangun yaitu Bandar Udara Tambelan-Tambelan, Bandar
Udara Letung-Anambas, Bandar Udara Tebelian-Sintang, Bandar Udara Muara
Teweh-Barito Utara, Bandar Udara Samarinda Baru-Samarinda, Bandar Udara
Maratua-Berau, Bandar Udara Miangas-Kep. Talaud, Bandar Udara Siau-Kep. Siau.
Bandar Udara Kertajati-Majalengka, Bandar Udara Buntu Kunik-Tanah Toraja,
Bandar Udara Morowali-Morowali, Bandar Udara Namniwel-Buru, Bandar Udara Kabir/Pantar-Alor,
Bandar Udara Werur-Tambrauw, dan Bandar Udara Koroway Batu-Boven Digoel.
Dengan transportasi yang baik, akan
memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar.
Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Setelah itu, diharapkan pula terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Sehingga, tenaga kerja
tidak perlu lagi terkonsentrasi pada wilayah tertentu saja. Tidak ada lagi
kecemburuan terhadap daerah lain yang dianggap lebih diperhatikan. Pembangunan
merata, itu yang diharapkan oleh semua.
Jadi semuanya
saling berkaitan. Infrastruktur, transportasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat
pendidikan.
Peranan infrastruktur bidang transportasi antara lain untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu kelancaran arus barang dan manusia baik melalui moda darat, laut, dan udara.Susanto (2009)
Secara
langsung maupun tidak langsung, transportasi yang memadai akan berpengaruh pada
meningkatnya perekonomian. Keberadaan transportasi mampu memperkuat, memajukan,
dan membuka kesempatan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terdepan,
terisolasi, dan rawan bencana.
Setiap daerah,
dengan ketersediaan bandar udara, akan membuat konektivitas daerah tersebut
menjadi lancar. Secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakatnya.
Salah satunya
adalah ketersediaan bahan pokok, dan penurunan disparitas harganya. Contohnya,
di Papua, harga BBM sangat tinggi. Bisa mencapai Rp 50.000 per liter. Bahkan saat
sedang langka, harganya bisa mencapai Rp.
100.000 per liter. Sekarang, dengan lancarnya infrasrtuktur transportasi, harga
BBM bisa dijangkau, Rp. 6.500 per liternya. Begitu juga dengan harga semen,
seorang warga Papua ‘curhat’ harga semen yang melangit mencapai Rp.300.000
hingga Rp. 400.000 turun harganya hingga
Rp. 55.000 di Agustus 2016 dan menjadi Rp. 47.500 di Mei 2017.
Tanggung
Jawab Masyarakat
Ketersediaan infrastruktur
transportasi memberikan banyak dinamika kemajuan bagi masyarakat. Aksesbilitas dan
mobilitas yang tinggi, lancar, terjangkau dan nyaman. Infrastruktur juga sebagai
penggerak roda pertumbuhan perekonomian.
Pembangunan infrastruktur
telah menjadi Indonesia sentris. Geliat-geliat ekonomi terjadi di daerah-daerah
di luar Jawa. Hal ini berdampak pada meningkatnya investasi yang dapat menciptakan
ketersediaan lapangan kerja dan peningtkatan perekonomian daerah. Kondisi seperti
ini pada akhirnya menguntungkan masyarakat pula.
Namun tugas
kita tidak selesai pada memanfaatkan sarana transportasi saja. Ada tanggung
jawab bersama dalam merawat dan menjaga agar pemanfaatannya dapat dirasakan
lebih lama. Cita-cita untuk mewujudkan pelayanan transportasi yang semakin
meningkat bukan hanya menjadi tugas pemerintah melainkan tanggung jawab
bersama. Jangan hanya karena ingin mendapatkan kepuasan pribadi lantas
merugikan masyarakat lebih banyak.
Hendaknya kita
sama-sama menjaga sarana dan prasarana transportasi, tidak merusaknya, atau
melakukan tindakan yang mengganggu kepentingan umum.
Berbagai pembangunan
infrastruktur transportasi terus dilakukan. Diharapkan, kebijakan ini menjadi pijakan
perekonomian Indonesia agar mampu mencapai puncak kejayaannya dengan menjadi
negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045. Semoga terealisasi.
***
Tulisan ini disertakan dalam lomba menulis blog Kemenhub 2019.
Sumber tulisan berasal dari website Kementerian Perhubungan di alamat http://www.dephub.go.id/, akun instagram @kemenhub151, data BPS Indonesia, dan booklet Moda newsletter. Gambar diambil dari sumber www.freepik.com dengan olah grafis oleh penulis sendiri.
Post a Comment for "Memajukan Transportasi, Meningkatkan Pemerataan Pembangunan "
Kata Pengunjung: