Catatan Hikmah Di Tanah Makkah
Mengunjungi
tanah suci Makkah menjadi impian setiap mukmin. Namun tidak semua orang yang
dimampukan dan dimaukan. Banyak orang yang sanggup secara biaya namun tidak
ditanamkan kemauan pada hatinya jadi meskipun secara biaya dia ada, tapi tidak
juga berangkat. Begitu juga, tidak kalah banyaknya orang yang secara biaya
tidak begitu berkecukupan bahkan sering kali berkekurangan tetapi bisa ke tanah
suci karena kemauan dan usahanya, lantas Allah membantunya. Penantian 10 tahun
terbayarkan. Setelah beberapa kali batal untuk mendaftar atau berangkat karena
berbagai hal, Pak KJ akhirnya bisa berangkat. Banyak hal yang luar biasa
ditemui dan dilakoni.
Banyak
orang yang bisa berangkat tetapi jarang yang mampu mendokumentasikan lewat
tulisan. Bagaimanapun juga, tulisan akan berbeda dengan foto, sebagaimana
kebanyakan jamaah yang berfoto pada ritual ibadah sucinya. Rindu Baitullah
Menikam Ulu Hati merupakan catatan kisah perjalanan spiritual seorang Khairul
Jasmi. Sebagai insan jurnalistik, tentu catatan itu berbeda dengan
catatan-catatan lainnya.
Serupa
mengabarkan apa saja yang akan kita lakukan dan kita temukan di tanah suci.
Ibarat sebuah buku panduan perjalanan yang memberitakan banyak hal sehingga
para pejalan yang akan ke sana dapat tergambar tentang kondisi di sana. Salah
satu kelebihan buku ini adalah menyajikan data-data atau informasi valid tentang
ibadah haji. Inilah yang jarang ada di buku-buku semacamnya. Misalnya data
tentang Kakbah, luas wilayah dan jumlah penduduk Mekah, jamaah terbanyak dari
seluruh penjuru dunia, jemaah haji Indonesia dan lainnya. Hampir segala hal
yang ada di sana tidak luput dari catatannya. Mulai dari ibadah, kebiasaan
jamaah haji, hal unik, rekan seperjalanan, kerja petugas kebersihan, sound
system dan karpet terbaik di dunia serta lainnya. Lengkap sekali.
Pak
KJ, panggilan akrab beliau, penulis buku ini. Baginya, perjalanan haji serupa
pembuktian. Tentang cerita-cerita tentang Nabi yang telah didengar sejak
dulu. Sejak kanak-kanak diperkenalkan
tentang sosoknya. Bukan hanya dia yang mendengar, tapi banyak anak seusianya. Setiap
anak memiliki imajinasi terlukis dalam ingatan. Mengingat nama sifat dan
teladan yang diwariskan dari cerita-cerita itu.
Seperti
saat di masjid Quba, melihat bangunan megah itu, penulis terlintas pada
pengalaman di masa kanak-kanaknya. Pada uminya yang mengisahkan masjid ini.
"Dibuek dek Nobi, tonggaknyo batang kurma, ketek se nye. Atok palopah
kurma, tanah gai. Nobi jo sahabat manogak-an musajik tu" (hal 23). Di
tanah haram, semua dibayar kontan oleh tuhan. Ungkapan ini banyak diyakini oleh
orang.
Mereka menemukan kejadian yang merupakan cerminan atau balasan dari apa
yang mereka lakukan di negeri asal. Perilaku buruk biasanya dibalas dengan
kemalangan atau kesulitan. Kekhilafan dibalas dengan teguran. Nah, penulis juga
merasakannya. Penulis bilang, rasa sok pintar, sok hebat, sok terkenal (karena jabatan
dan pekerjaannya) dibalas dengan sebuah insiden dengan sopir taksi. Hal ini
memberikan sebuah pelajaran baginya. Beruntunglah bagi pribadi yang sensitif
menangkap hikmah. Menjadikan kehidupannya semakin baik.
Begitu
juga saat sakit lutut yang diderita. Setelah hanya memendam dan mengidapkannya
sendiri tanpa memberitahu orang lain bahkan isterinya. hingga akhirnya teman
sekamarnya tahu. Lantas memberikan sebuah jalan keluar yang meringankan sakit
dan memperlancar proses hajinya. Jalan keluar yang sebelumnya tidak pernah
terpikirkan. Banyak hikmah yang didapat dan dicatatnya. Tuhan Mahahebat dan
saya temukan buktinya saat naik haji (hal 191).
Bahasanya
ringan. Namun pas. Bagi yang belum ke tanah suci, buku ini informasi yang
sahih. Bagi yang sudah, bisa menjadi nostalgia. Misalnya tentang batuk yang
hampir melanda setiap jamaah haji. Sampai-sampai ada ungkapan kalau tidak
batuk, diragukan hajinya. Jadi batuk itu wajar. Kadang tidak sembuh-sembuh.
Juga ditularkan sesampainya di tanah air. Padahal, yang harus ditularkan adalah
kealiman (hal 209).
Meskipun
dalam masa ibadah haji, tidak lantas kita abai pada rasa sosial terhadap orang
lain. Banyak ditolong, juga banyak menolong. Seperti pada saat memasuki
Masjidil Haram, saat jamaah membludak, pintu masuk ke arah Kakbah ditutup. Ada
pasangan suami isteri dari Afrika terpisah. Sang suami berhasil masuk, sang
isteri tertinggal di luar. Suami itu berlinang air mata. Penulis membantu
membujuk petugas. Akhirnya petugas pun mengabulkan. Setelah itu, Pak KJ
berpesan, dengan bahasa (maaf) beruk, agar sang suami selalu mengawasi isteri.
Judul : Rindu Baitullah Menikam Ulu Hati
Penulis :
Khairul Jasmi
Penerbit : Republika
Cetakan : 1, November 2018
Tebal : xxv1 + 280 halaman
ISBN : 978-602-573-4489
Peresensi :
Supadilah
semanagaaat
ReplyDelete