Review Film Teacher Diary. Pentingnya Guru yang Paham Mengajar
Review Film - Teacher Diary . "Dari awal aku tak ingin jadi guru. Hidupnya susah" Guru Son.
Guru Son adalah mantan pegulat. Saat mendaftar sebagai guru, portofolionya sangat meragukan. Namun keinginan menjadi guru sangatlah keras.
"Aku bisa menjadi asisten guru. Saya bisa membuat kerajinan tangan dan kesenian, fotokopi, atau mengirimkan faks" bujuknya.
Akhirnya Guru Son ditugaskan ke Sekolah Baan Gaen Wittaya, Cabang rumah kapal, di Bendungan Mae Ping.
Sebenarnya dia tidak punya ilmu tentang guru. Mengajar Matematika pun susah. Untuk mengajar satu soal ringan saja, dia harus memecahkan soal itu dulu, dengan mengerjakannya secara sembunyi di WC.
Saat pertama datang, tak ada satu pun siswa. Dia harus menjemput satu per satu ke rumah nelayan di danau itu.
Sekolah itu berada di pinggiran sebuah danau di daerah terpencil. Tanpa listrik, sinyal ponsel, dan akses keluar yang sulit. Transportasi dengan perahu. Guru Son harus mengajar lima siswa dengan berbeda kelas.
Di hari pertamanya, guru Son marah mendapati siswanya pergi dari kelas tanpa izin. Siswanya pergi berenang. Di hari pertama itu guru Son menghukum siswanya, memukul tangan mereka hingga menangis.
Kesan hari pertama hingga pekan pertama kurang baik. Semuanya berubah saat guru Son menemukan diari guru Ann. Guru Ann adalah guru yang mengajar di sekolah kapal itu sebelum guru Son. Dari diari itu muncul semangat guru Son dalam mengajar siswa.
Kedekatan guru Song semakin membaik saat badai datang. Di peristiwa itu guru Son menunjukkan tanggung jawab dengan melindungi siswanya.
Film ini menyajikan sisi guru Son dan guru Ann secara bergantian. Juga bisa dikatakan memakai alur mundur.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dalam pengetahuan dan kemampuan akademik, guru Son memang kurang memadai. Namun dalam beberapa metode mengajar serta ketulusannya, inilah yang membuat guru Ann justru belajar dari guru Son.
Saat mendaftar sebagai guru, dia dianggap kurang mencerminkan sebagai guru yang baik karena memiliki tato di tangannya.
Guru Ann bersikeras bahwa menjadi guru yang terpenting adalah bagaimana dia mendidik siswa. Tidak penting penampilan.
Dia menolak untuk menghapus tato di tangannya, tapi tetap ingin jadi guru. Akibatnya, dia ditempatkan di sekolah kapal.
Guru Ann pernah gagal dalam mengajar. Dia gagal mempertahankan Pong yang lebih memilih memancing daripada sekolah.
Sementara, dengan cara unik dan konyol, guru Son berhasil mengajak Pong untuk kembali sekolah. Guru Son berhasil membawa semua murid melewati ujian, kecuali Pong. Pada momen ini, sangat menyentuh hati.
Mereka, siswa sekolah kapal itu harus ujian di sekolah induk. Semua siswa lancar dan sukses mengerjakan ujian. Hanya Pong yang tidak.
"Aku bisa mengerjakan ujian, Pak. Tapi waktu kurang" katanya sambil terisak. Pong pasti gagal ujian lagi. Ini adalah ujian yang ketiga untuk Pong.
Dipeluknya Pong, guru Son berkata,
"Ini bukan salahmu. Akulah yang tidak mampu menjadi guru".
***
"Ini bukan salahmu. Akulah yang tidak mampu menjadi guru".
***
Guru Ann kembali datang ke sekolah kapal. Kekasihnya menghianatinya. Guru Ann terkejut Pong kembali sekolah.
"Aku mau jadi nelayan yang tidak mudah ditipu orang" katanya.
Maka, kali ini gantian guru Ann yang menaruh simpati pada guru Song. Namun dia tak bisa bertemu, hanya bisa membaca tulisan guru Song pada diari miliknya.
Guru Son juga memiliki formula yang mungkin tidak dilakukan guru Ann. Juga mungkin guru-guru lain. Misalnya saat siswanya kesulitan menjawab soal menghitung kecepatan kereta api.
Sementara, anak-anak belum tahu seperti apa kereta api atau stasiun. Maka dengan cara yang kreatif, guru Son memahamkan soal tersebut dengan melakukan simulasi. Keren.
Film ini kombinasi tema pendidikan, romantisme, dan komedi. Komedi, misalnya saat belajar matematika, mendadak siswa yang diajar guru Son, banyak yang mendadak lapar atau ke kamar kecil.
Porsi komedi agaknya lebih dominan dari romantismenya. Bahkan ending filmnya, saat mereka sudah bertemu, terasa kok 'mengecewakan'. Mungkin banyak yang berharap romantisme yang bakal tercipta karena penasaran, kekaguman dan simpati yang mendalam sebelum pertemuan, porsinya kurang.
Meskipun ini memang film lawas, tapi tentu saja masih relevan dengan kondisi sekarang, untuk para guru sebagai mengisi kembali bahan bakar motivasi mengajar.
Judul review: Resensi Film
Judul Film : Teacher’s Diary
Director : - Thodsapol
- Nithiwat Tharathorn
Sutradara : Nithiwat Tharathorn
Penulis Naskah : - Suparuek Ningsanon
- Nithiwat Tharathorn
- Sopana Chaoviwatkol
- Thodsapol Thiptinkorn
Produser : - Jira Maligool
- Chenchonnanee Soonthonsaratul
- Suwimol Techasupinan
- Wanruedee pongsittasak
Pemeran :
Sukrit Wisetkaew sebagai Song Chermarn Boonyasak sebagai AnnSukollawat Kanaros sebagai NuiiChutima Theepanart sebagai Gigi
Distributor : GTH
Tanggal Rilis : 20 Maret 2014
Durasi : 01:45:16
Negara : Thailand
Bahasa : Thai
Genre : Romance
Judul Film : Teacher’s Diary
Director : - Thodsapol
- Nithiwat Tharathorn
Sutradara : Nithiwat Tharathorn
Penulis Naskah : - Suparuek Ningsanon
- Nithiwat Tharathorn
- Sopana Chaoviwatkol
- Thodsapol Thiptinkorn
Produser : - Jira Maligool
- Chenchonnanee Soonthonsaratul
- Suwimol Techasupinan
- Wanruedee pongsittasak
Pemeran :
Sukrit Wisetkaew sebagai Song Chermarn Boonyasak sebagai AnnSukollawat Kanaros sebagai NuiiChutima Theepanart sebagai Gigi
Distributor : GTH
Tanggal Rilis : 20 Maret 2014
Durasi : 01:45:16
Negara : Thailand
Bahasa : Thai
Genre : Romance
Post a Comment for "Review Film Teacher Diary. Pentingnya Guru yang Paham Mengajar"
Kata Pengunjung: