Berbagi Tiada Merugi. Bagikan Kebahagiaan Demi Kemanusiaan
“Yang bukan saudaramu seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan”
(Ali bin Abi Thalib)
Di pagi hari yang indah. Di penghujung Desember 2018 itu kami
sedang bersilaturahmi ke Buyut kami di Jogja. Mendadak ketenangan pagi hari itu hilang. Saya yang baru
memeriksa percakapan di sebuah grup Whatsapp, dikejutkan dengan bencana tsunami
yang menerjang kabupaten Pandeglang. Tsunami itu terjadi di malam hari. Tapi banyak yang baru tahu keesokan paginya. Termasuk saya.
"Dek, Pandeglang kena tsunami, lho." Saya memberi tahu isteri.
"Iya,
Mas. Ini baru baca grup WhatsApp perumahan. Ada yang ngabarin
tsunami di Pandeglang. Ada teman guru atau murid Mas yang kena nggak?"
Saya
adalah guru di Lebak. Bertetangga dengan kabupaten Pandeglang. Jaraknya hanya
sekira 30 menit. Beberapa siswa saya berasal dari kota Santri itu.
"Belum
ada kabar di grup sekolah, Dek. Semoga tidak ada. Juga semoga tidak ada korban
tsunami"
"Kerusakannya parah. Ada korban jiwa. Di grup ibu-ibu, daerah terparah malah di daerah terpencil yang sulit
di akses. Kita mau nyumbang apa, Mas?"
Saya terdiam sebentar. Perjalanan ke Jogja
dengan empat jiwa (saya, isteri, dan dua anak kami) menghabiskan biaya yang
tidak sedikit. Kami bahkan sudah memprediksi kebutuhan pengeluaran selama di
Jogja dan biaya kepulangan. Dengan dana yang kami siapkan untuk program
silaturrahim ini, tersisa sedikit dana.
Tapi
jika dana itu dipakai untuk keperluan diluar rencana, ada dua jiwa yang tidak
kebagian tiket pulang.
Seakan tahu apa yang saya pikirkan, isteri meyakinkan saya.
"Nggak
usah pikir panjang, Mas. Kita harus menyumbang"
"Benar
dek. Apalagi mereka tetangga kita. Saat ini kita nggak bisa datang langsung.
Nggak bisa membantu langsung. Paling tidak kita menyumbang dana ya."
Saat itu korban tsunami terkabarkan ‘baru’ pada hitungan
belasan. Jumlah itu kemudian bertambah, menurut data yang
dihimpun oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), sedikitnya 429
orang meninggal dunia. Sementara itu, sebanyak 1.485 orang luka-luka sedangkan
154 lainnya masih hilang.
Lalu
saya menghubungi sebuah lembaga kemanusiaan. Mudah-mudahan lembaga tersebut
bisa membantu niat kami. Ternyata benar. Bahkan lembaga tersebut sudah
menggulirkan program khusus terkait bencana tsunami Selat Sunda di Banten dan
Lampung itu. Saya memilih lembaga kemanusiaan tersebut karena
terpercaya, kredibel, transparan, dan memberikan laporan pertanggungjawaban
kepada publik. Berdonasi semakin mudah dan gampang. (Bisa dilihat dari donasi berikut).
"Tolong
sedikit bantuan ini diberikan pada program bantuan tsunami di Pandeglang,
terserah untuk bagian apa. Boleh untuk dibelikan makanan, obat-obatan, atau
program trauma healing" tulis saya bersamaan dengan konfirmasi transfer
dana.
Selesai
donasi sejumlah saya dan isteri sepakati, kami berdoa semoga tidak banyak
korban jiwa dan kerusakan lainnya.
Silaturrahim
ke Jogja kali ini cukup meriah. Tidak hanya keluarga kami yang datang. Keluarga
dari daerah lain pun berkumpul di Jogja. Tiga keluarga besar dari Jambi yaitu
kedua orangtua, Mas sekeluarga, dan Om sekeluarga dari Jambi yang kali ini
menempuh jalan darat.
Setelah
selesai saat makan siang, kami mengobrol di teras rumah. Di tengah-tengah membicarakan topik bencana tsunami,
Bapak Bapak mengatakan rombongan
dari Jambi akan mampir ke Banten.
"Apalagi Mas dan keluarga belum pernah ke Banten. Pengen mampir. "
kata Bapak.
Mata saya membesar. Refleks menengok ke isteri. Ternyata
isteri juga melihat ke arah saya. Kami tersenyum simpul. Hanya kami yang tahu
arti senyuman itu. Allah menjawab kerisauan kami dalam hitungan jam. Jika tidak
banyak orang, saya mungkin sudah menangis haru.
Berbagi
tidak akan merugi. Berbagi merupakan energi. Rezeki yang kita bagi akan berubah
menjadi bentuk rezeki yang lain. Bisa berupa kesehatan, dihindarkan dari
musibah, atau bentuk rezeki lainnya. Bahkan tidak jarang, berbagi harta dibalas
kontan dengan harta pula.
Allah memberikan banyak kondisi kepada manusia. Ada
yang diberikan nikmat, ada yang diuji dengan musibah. Ada yang diberikan
kekayaan, ada yang diberikan ujian kemiskinan. Alangkah indahnya saling
berbagi. Bisa jadi saat ini kita dalam kondisi kaya, bukan tidak mungkin kita
akan menjadi miskin. Boleh jadi saat ini orang lain terkena musibah, tapi boleh
jadi di lain waktu kita yang terkena musibah. Jika kita mau berbagi dengan
orang lain, tentu ada orang lain mau pula berbagi dengan kita, saat kita kena
musibah.
Sedekah, Punya Banyak Manfaat
Sedekah, Punya Banyak Manfaat
Berbagi
bisa menolak musibah. Maka jika ingin
mengurangi atau menolak musibah, perbanyaklah berbagi. Banyak pula kisah orang-orang yang tercapai impiannya
karena rutin berbagi.
Berbagi adalah cara paling tepat untuk menginspirasi. Apalagi jika kita punya anak-anak. Bukankah kita menghendaki anak-anak yang juga memiliki kepedulian? Dengan membiasakan berbagi, kita telah memberikan keteladanan kepada anak-anak kita. Ingat, anak merupakan peniru yang ulung. Orangtuanya ringan berbagi, anaknya pun akan ringan berbagi. #JanganTakutBerbagi
Berbagi adalah cara paling tepat untuk menginspirasi. Apalagi jika kita punya anak-anak. Bukankah kita menghendaki anak-anak yang juga memiliki kepedulian? Dengan membiasakan berbagi, kita telah memberikan keteladanan kepada anak-anak kita. Ingat, anak merupakan peniru yang ulung. Orangtuanya ringan berbagi, anaknya pun akan ringan berbagi. #JanganTakutBerbagi
Banyak cara untuk berbagi. Sedekah, infak, menyantuni
fakir miskin, atau berdonasi kepada yang terkena bencana. Berbagi
juga tidak akan membikin miskin. Justru berbagi akan membuat kaya. Meski bukan
itu yang menjadi prioritas kita. Tapi boleh saja
berbagi juga dengan niat meminta diberkahi harta yang ada dan ditambahi rezeki
lainnya.
Berbagi memang tidak mudah. Apalagi
jika dalam kondisi tidak mendukung. Tanggal tua, punya tanggungan bayar
kontrakan, cicilan motor, atau Kebutuhan yang sangat harus dipenuhi.
Uang hanya tersisa sedikit sementara
kebutuhan masih banyak yang harus dipenuhi. Banyak hambatan dan godaan saat
ingin berbagi. Tapi yakinlah jika bisa berubah sekali, akan 'ketagihan'. Seakan
lupa dengan segala hambatan yang pernah hadir.
Terkaya, Terbanyak Berdonasi
Terkaya, Terbanyak Berdonasi
Orang-orang terkaya di dunia juga merupakan orang yang
ringan tangan dalam berbagi dalam jumlah yang besar. Apakah dengan berbagi
kekayaan mereka berkurang? Tidak. Tidak berkurang. Justru semakin bertambah dan
bertambah. Berikut ini orang terkaya di dunia dengan jumlah donasinya.
alangkah
indah orang bersedekah/ dekat
dengan Allah,
dekat dengan surga
takkan
berkurang, harta yang bersedekah, akan
bertambah, akan bertambah
Allah
Maha Kaya, yang
Maha Pemurah, yang
akan mengganti dan membalasnya
Allah
Maha Kuasa, yang
Maha Perkasa, semoga
kan membalas surga
oh
indahnya, saling
berbagi, saling
memberi, karna
Allah
(Sedekah oleh Opick Tombo Ati)
Banyak
penelitian, bahwa berbagi bisa menghadirkan kebahagiaan. Saat bantuan kita
diterima langsung oleh yang berhak, tidak jarang mereka menerima dengan haru
dan linangan air mata kebahagiaan. Sungguh, bahagia sekali jika bantuan kita
yang mungkin tidak seberapa, diterima dengan luar biasa. Apalagi yang kita cari
dalam hidup kita ini selain kebahagiaan?
#JanganTakutBerbagi
#SayaBerbagiSayaBahagia
Lebak, 20 April 2019
Supadilah.
Sumber Tulisan:#SayaBerbagiSayaBahagia
Lebak, 20 April 2019
Supadilah.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam
Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
https://m.kapanlagi.com/lirik/artis/opick/sedekah/#
https://zakat.or.id/5-keutamaan-sedekah-dalam-islam/
www.jalandamai.org
https://www.moneysmart.id/orang-kaya-di-dunia-dengan-donasi-paling-fantastis/
Sumber gambar:
www.freepik.com
Dokumen pribadi
Post a Comment for "Berbagi Tiada Merugi. Bagikan Kebahagiaan Demi Kemanusiaan"
Kata Pengunjung: