Nyemplung, Lalu Gandrung
Dua orang ini saling memotivasi dalam literasi. Seringkali berdua dimuat bersamaan dalam satu koran favorit.
Berdua sama-sama belajar. Bagaimana caranya belajar? Dengan menulis. Sebab menulis itu skill. Belajar dengan latihan. Memperbaiki dengan latihan.
Berdua sadar, mungkin bukan ahlinya, banyak koreksi sana-sini. Tapi nulis, baca, nulis, baca merupakan sarana meningkatkan kemampuan.
Berdua juga menyadari menulisnya merupakan sarana keteladanan. Berdua memberikan motivasi untuk siswanya. Bedanya, satu punya sarana (koran) yang bisa untuk menyalurkan karya siswa, satu lagi belum. Hehe ..
Beliau, Abri Maijon. Beliau adalah kepsek teladan. Dengan kesibukannya sebagai nahkoda lembaga, masih sempat menulis. Jago nulis, desain grafis lebih jago lagi.
Dapat durian runtuh; mengisi kolom tetap di surat kabar tadi. Saat ini sudah 8dua opini yang opini yang terbit.. sementara, saya, yang terhitung baru 65 opini.
Akhirnya keduanya Gandrung dengan menulis. Sebuah kebahagiaan bisa berbagi dengan banyak orang lewat tulisan.
Memang, mengenai kualitas, jauh dengan mereka yang sudah pakar dan malang melintang di dunia literasi. Tapi motivasi dan kemauan untuk terus menulis, insyaallah lambat laun akan membentuknya. Menjadi penulis memang butuh proses. Tidak ada berhentinya.
Adanya sarana dapat menyemangati. Sekali dimuat, membuat bahagia hati. Kemudian muncul lagi muncul lagi ide-ide lain. Biasanya membikin 'kecanduan'. Tentunya tidak masalah jika kecanduan dalam hal positif seperti ini.
Saya menulis banyak jenis tulisan. Ada reportase, cerpen, puisi, opini, dan resensi buku. Banyak hal saya tulis, karena menulis ibarat rekreasi. Bisa menyenangkan hati. Mengusir sepi. Juga menoreh prestasi.
Post a Comment for "Nyemplung, Lalu Gandrung"
Kata Pengunjung: