Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berani Menjadi Blogger untuk Kebaikan

Jika sudah menyukai sesuatu, pasti dia tidak lagi menghitung untung rugi. Pekerjaan itu dilakukannya dengan senang hati, tiada terasa capek dan lelah. Begitu pula yang saya rasakan dengan menjadi blogger. Entah dibaca atau tidak, digubris atau tidak, berkualitas atau tidak, saya tetap menuliskan apa saja yang saya dengar, lihat, rasakan, dan alami di blog saya. Di www.supadilah.com itu tersaji banyak macam tulisan. Di sana ada tulisan dengan tema pendidikan, sosial, sepak bola, sastra, politik (ringan), sepak bola (khas kaum maskulin, hehe...), agama, parenting, dan lainnya.



Selain itu saya memang suka tantangan dari yang biasa menulis artikel tentang pendidikan, saya tertantang untuk membuat puisi, cerpen, cerita anak, resensi buku, pengalaman perjalanan, dan feature.



Pernah saya menemui seorang adik yang terkena tumor, saat itu dia dengan ibunya, naluri menulis saya menyuruh untuk menulis kisahnya. Semoga dari tulisan saya itu ada orang yang tergerak hatinya untuk membantu.



tulisan tentang adik itu bisa dibaca di sini

Saya juga sering menulis rilis kegiatan. Tujuannya supaya orang yang tidak berkesempatan hadir dalam acara tersebut bisa dapat ilmunya. Dengan catatan, tentu ilmu yang didapat dengan hadir di kegiatan tersebut jauh lebih pas dan lebih lengkap dari yang saya catat. Sehingga sering kali sambil mengikuti acara saya sambil menulis rilis kegiatannya. Terakhir, saya menulis tentang seminar sastra di sekolah saya yang pada kegiatan itu menghadirkan Gol A Gong si penulis Balada Si Roy

Tidak hanya di blog saya saja, saya memanfaatkan media mana saja untuk menebarkan tulisan saya itu. Maka saya menulis di forum menulis guru www.gurusiana.id, kompasiana, blog sekolah, dan facebook. Saya berkeyakinan semakin banyak kanal/tempat kita menulis, semakin luas pula pembacanya karena kecenderungan pembaca yang juga berada di kanal-kanal tertentu.



Setidaknya, dengan menulis saya sudah berbuat. Jika pun saat ini belum dibaca orang, setidaknya dengan menuliskannya di dunia maya, suatu waktu pasti akan ada orang yang membacanya. Syukur-syukur di antara tulisan saya ada yang menginspirasi orang lain. Saya juga tidak bisa berbohong jika motivasi menulis itu akan terlecut dengan diapresiasi. Dan salah satu cara mengapresiasinya adalah dengan mengunjungi blog atau tulisan saya. Jadi, jika ingin saya terus menulis, kunjungi terus blog saya ya...hehe..(ujung-ujungnya tetap promosi).



Salah satunya adalah tulisan saya di laman www.dakwatuna.com pada tahun 2013 masuk dalam 10 artikel paling populer dengan jumlah pembaca lebih dari 30.000 pembaca.








Ada lagi, cerpen saya di blog sekolah juga dibaca lebih dari 1600-an pembaca. Cerpen itu bisa di baca di alamat berikut: http://www.smaterpadu-alqudwah.sch.id/2014/07/merah-putih-belum-renta.html


Saya percaya tulisan dapat mengubah hidup seseorang atau minimal membuat orang berpikir dan bertindak dengan tulisan kita. Kata guru saya, jika kita ingin dikenang di dunia, maka menulislah, atau kita ditulis. Yap, klop sekali dengan yang dikatakan ustadz Abdul Somad:
“Menulislah, supaya orang di masa datang tahu bahwa kita pernah ada di masa lampau”.

Blog bisa juga menjadi sarana dokumentasi karya. Saya biasa mendokumentasikan tulisan di koran atau resensi yang terbit di media. Mendokumentasikan di blog lebih aman karena dapat sewaktu-waktu memunculkannya saat dibutuhkan. Meskipun sifatnya cadangan, sering kali dokumentasi di blog menjadi pilihan yang cepat dan tepat. Kegiatan mendokumentasikan tulisan itu dengan mengkliping koran, kemudian saya foto kliping tersebut, kemudian saya unggah ke blog atau sosial media.

Di tahun 2019 ini saya berharap akan lebih banyak lagi menghasilkan tulisan yang bermanfaat dan mendidik. Tidak muluk-muluk dengan berharap banyak pembaca. Gampang kalau mau banyak pembaca. Tinggal bikin tulisan yang berbau hoax, politik, atau ujaran kebencian. Pasti banyak pembacanya. Namun, untuk apa banyak pembacanya tapi kejelekan dan dosa yang kita dapat. Karena menulis itu bukan sekadar dimensi dunia melainkan dimensi akhirat juga. Seperti kata pepatah, mulutmu harimaumu. Begitu juga, tulisanmu adalah harimaumu. Tulisan yang akan memberikan pahala juga memberikan balasan.

Menyebarkan kebaikan merupakan prinsip yang terus dijaga. Bukan tidak bisa membuat tulisan rendah bermutu namun dikunjungi banyak pembaca. Namun ada beban tanggung jawab atas tulisan yang kita buat.



Ketika ada komentar atau pesan pribadi yang masuk “Terima kasih ya tulisannya....Bermanfaat nih....” merupakan sebuah bonus yang menjadi pelecut semangat untuk terus menulis, menulis, dan menulis.

Di era digital seperti sekarang ini, di mana orang cenderung suka menonton televisi atau video-video, dan membaca yang singkat-singkat di sosial media, tentu menjadi sebuah pekerjaan yang menantang tetap konsisten menjadi blogger. Namun saya tetap bertekad aktif menjadi blogger. Para blogger tetap memiliki tempat sendiri dalam dunia ini. Dan saya yakin, tidak akan sia-sia dengan kebaikan yang kita perbuat.





Membaca blog www.nodiharahap.com seperti tulisan
http://www.nodiharahap.com/2019/01/merintis-kampung-digital-lewat-kearifan.html menjadikan saya semakin bersemangat menuliskan tentang berbagai kebaikan.  Tidak satu dua tulisan saya baca di sana yang selaras juga menulis tentang kebaikan. 

Menulis adalah langkah keteladanan. Saya menulis adalah untuk menunjukkan keteladanan kepada keluarga saya. Saya berharap keluarga saya menjadi keluarga penulis. Orang yang menulis itu dekat dan erat dengan intelektual. Biasanya, penulis itu orang yang pintar. Karena dengan menulis, seseorang pastilah harus membaca sebagai sumber informasi dan inspirasi tulisannya. Negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Inggris, dan Amerika bisa maju karena masyarakatnya suka membaca. Tingkat kesadaran membaca masyarakat di sana sangat tinggi. Kebiasaan membaca itulah yang memberikan sumbangan pengetahuan yang besar untuk kemajuan negara. Maka bukan tidak mungkin, negara kita akan maju dengan semakin banyaknya para penulis di negeri ini. Semoga.

Post a Comment for "Berani Menjadi Blogger untuk Kebaikan"