Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pahala Ilmu Sejajar Pahala Jihad


"Islam menyetarakan tinta para ulama dengan darah para syuhada,.." Kalimat yang dibacakan teman ngaji saya ini membuat seisi ruangan berdecak kagum. Malam itu sedang diadakan ngaji rutin pekanan. Ada tujuh orang, semuanya guru, semuanya sudah berkeluarga. Pengajian seperti ini sudah berlangsung lama dilakukan. Saya sendiri sudah dua belas tahun lamanya menjalani pengajian ini. Teman saya bahkan lebih dari itu. Tidak ada bosan, atau keinginan untuk berhenti dari rutinitas ngaji itu. Bisa dikatakan, inilah yang dimaksud sebagai long life education, ngaji seumur hidup.

Kembali ke kalimat tadi, kalimat yang membuat kami merasa bangga. Bahwa untuk meraih derajat tinggi dalam Islam tidak harus dengan mengorbankan darah. Untuk mendapatkan pahala yang setara dengan jihad, bisa dilakukan dengan 'hanya' menuntut ilmu yang diibaratkan dengan tinta, pena, atau belajar. Jadi, dengan menuntut ilmu, kita berpeluang mendapatkan pahala setara dengan pahala jihad.

Dan ini sekaligus bantahan dan penyadaran pada orang yang menghalalkan segala cara dengan salah pikir demi mendapatkan surga atau bidadari. Ini yang sering jadi doktrin buta oleh kalangan teroris dengan aksi bom bunuh diri yang mengorbankan sipil tak berdosa seperti anak-anak, wanita, dan fasilitas umum. Iming-iming menikahi bidadari dan tiket surga mengakibatkan gelap mata melakukan bom bunuh diri. Tidak harus begitu, itu salah. Jika menginginkan surga atau bidadari, ada jalan lain yang lebih realistis dan tidak kalah heroik namun 'gampang' yaitu dengan ilmu.

 Ilmu akan membawa kita ke derajat yang tinggi. Oh, begitu indahnya Islam, begitu mulianya agama ini. Bahkan, jika terjadi perang pun, tidak sebaiknya semua orang pergi ke medan perang.

"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya" (At-Taubah: 122)

Rasulullah pernah menetapkan tebusan bagi kaum musyrikin yang tertawan dalam perang Badar agar mengajarkan baca tulis untuk menghapus buta huruf di kalangan umat muslim. Rasulullah tahu betul bahwa baca tulis itu sangat penting.

Dengan begitu, cukuplah kita jadi guru, mengajar yang benar, mendidik anak dengan ikhlas, insyaallah balasan kita surga. Aktivitas kita mengajar tidak kalah besar pahalanya dari mereka yang berjuang di peperangan. Tidak perlu kita berpeluh keringat, bersimbah darah, dan mempertaruhkan nyawa di bawah desingan peluru untuk bisa masuk surga. Tidak usah pula kita merasakan seperti apa yang dirasakan muslim di Palestina untuk membeli 'tiket' surga. Cukuplah kita jadi orang tua yang memilihkan anak ke lembaga pendidikan yang tepat, mendidik anak dengan baik supaya menjadi generasi yang berakhlak mulia, dan mengerti dengan ajaran agama. Cukuplah kita menjadi suami yang bisa melindungi dan mendidik isteri supaya menjadi isteri yang berbakti. 

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Tirmdzi).

Hukum menuntut ilmu tentang ibadah adalah wajib bagi setiap pribadi muslim (fardhu ‘ain). Misalnya pengetahuan tentang ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya. Semua ibadah membutuhkan ilmu. Setiap kita wajib mempunyai ilmu tentang ibadah itu. Jika tidak, ibadah kita bisa tertolak. Sementara hukum menuntut ilmu ‘keduniaan’ adalah wajib kifayah, misalnya ilmu kedokteran, ilmu fisika atau ilmu matematika. Jika sudah ada diantara kita yang menguasainya, sudah lepas tanggung jawab kita.  Kedudukan ilmu sangat penting dan menjadi dasar bagi kita agar bisa melakukan ibadah-ibadah yang lain.

"Satu orang berilmu lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah" kata Rasulullah yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi. Karena dengan ilmu bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Ilmu seseorang itu akan memberikan pengaruh positif bagi orang lain, sementara ibadah seseorang hanya untuk dirinya sendiri.

Kemajuan teknologi menghadirkan banyak kemudahan termasuk dalam hal menuntut ilmu. Majelis-majelis ilmu seakan menjamur. Dimana-mana ada, aksesnya mudah didapat. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Semangat menuntut ilmu itu yang perlu kita nyalakan dan kita kobarkan. Rasulullah menyemangati kita dengan mengatakan, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan menyiapkan jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh apa saja yang ada di langit dan yang ada di bumi hingga ikan-ikan di laut yang terdalam’. Raih pahala yang besar, sejajar dengan pahala jihad, dengan menjadi pribadi yang berilmu.

Post a Comment for "Pahala Ilmu Sejajar Pahala Jihad"