Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak Bertengkar, Membela Anak Sendiri Atau Anak Orang?

Foto : Saat saya minta maaf ke anak saya. Saya bingung dengan ekspresinya... 😃

Betapa saya merasa bersalah kepada anak saya. Pada dua kasus salah paham. Dimana, saya adalah pihak yang salah.

Kasus pertama, saat sedang ikut pengajian ramadhan, tiba-tiba saja Jundi bilang dia lihat kasur adiknya, Firaz diruang perempuan. Jundi minta kasur itu diambil. Merengek beberapa kali. Tentu saja membuat saya tidak lagi fokus mendengar ceramah sang ustadz. Saya sambil berpikir, apa iya kasur dedeknya di sebelah? Memang, tadi malam kami menginap di masjid itu dalam rangka iktikaf. Dan rasanya, tadi pagi usai subuh, kasur kecil dan barang lain dibawa serta. Tidak ada tertinggal.

Entah sampai beberapa kali Jundi merengek, hingga saya tegas bilang,

"Kalau mas Jundi mau, ambil sendiri. Kalau nggak berani ambil sendiri, ya udah... Nggak usah diambil".

Sampai kemudian, dengan hampir menangis, Jundi datang lagi, dengan membawa benda yang membuat saya kaget. Benar kasur Firaz. Astagfirullah...

Setelah saya konfirmasi ke isteri, ternyata kasur memang sengaja ditinggal. Sebab malam berikutnya bakal iktikaf lagi. Jadi tidak perlu bawa-bawa lagi.

Kasus kedua, saat sedang baca Quran, terdengar Jundi nangis, ribut dengan temannya. Setelah beberapa saat lamanya, Jundi dan temannya kejar-kejaran ke arah saya, masih rebutan. Ternyata mereka sedang rebutan kartu lebaran. Temannya sudah pegang dua, Jundi pegang satu. Saya kira Jundi yang rewel.

Sudah punya motif spiderman tapi tetap pengen motif Hello Kity yang sedang dipegang temannya. Setelah dekat dengan saya, Jundi saya pegang, gendong paksa dan memintanya jangan rewel. Jangan merebut punya temannya. Saat itu datang juga orang tua teman Jundi. Dan mengambil kartu dari anaknya, diberikan ke Jundi. Tapi tidak saya ambil. Saya kemudian memutuskan mengajak Jundi naik motor.


Saat itu sudah larut malam sekira pukul sebelas malam. Begitu kembali lagi ke masjid, masih kelihatan sedih. Dan tetap pengen ngambil kartu yang tadi. Namun saya paksa untuk tidur.

Setelah susah payah, akhirnya Jundi terlelap. Esok harinya, saat ngobrol dengan isteri, ternyata saya salah duga.

Ah, kok saya bisa begitu ya? Atau, karena maksud saya supaya anak saya yang mengalah dan berbagi kepada temannya, sehingga apa-apa anak yang disalahkan. 😭😭

Padahal menurut seorang pakar parenting, Hari Santosa, fitrahnya anak itu egois. Pengen menang saja. Dan dipihak orang tua, kita harusnya sering kali 'memenangkan' anak kita. Di keluarga saya, ini dibahas. Dan kami sepakat, ya jika itu hak/milik anak kami, maka kami harus 'menangkan' anak kami pula. Dan jika sebaliknya, tentu mengembalikan pada tempatnya adalah sesuatu yang harus dilakukan.

Kejadian ini memberikan saya pelajaran bahwa jangan kita memvonis sebelum tahu duduk persoalan dan kebenarannya. Seharusnya kita  menjaga benar perasaan anak. Apalagi jika anak dalam situasi benar. Tentu membuatnya 'kalah' jelas akan sangat melukai hatinya.

Oh iya, saya kemudian memutuskan untuk minta maaf kepada anak saya. Meskipun saya bisa saja mendiamkan, toh masih kecil. Tapi tidak. Saya meyakini, meski belum mengerti benar, tapi ini akan diingat oleh memorinya.

2 comments for "Anak Bertengkar, Membela Anak Sendiri Atau Anak Orang? "