Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mendidik ‘Kids Zaman Now’

Bukan hanya posturnya yang lebih tinggi dan lebih besar dari kita sehingga jika sedang berkumpul sukar dibedakan mana guru mana siswa, namun karakter 'Kids Zaman Now’ juga banyak berbeda dengan kita..
Perubahan adalah sunnatullah (ketetapan) yang pasti terjadi. Kehidupan yang dinamis harus disikapi dengan adaptif oleh guru.  Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zananmu. Sesungguhnya mereka diciptakan ubtuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Tugas kita adalah menyiapkan generasi tangguh yang siap beradaptasi dan menghadapi zamannya, bahkan zaman sesudahnya.
Secara umum, karakter khas mereka adalah pertama, menguasai teknologi dengan begitu cepat. Hari ini kita dapati mereka hafal segala macam merk smartphone berikut fitur unggulannya. Mereka memiliki jauh lebih canggih dari kepunyaan kita. Dengan peralatan elektronik itu pula meningkatkan kegandrungan dan kecanduan pada game seperti  PB (Point Blank),  LGR (Lets Get Rich), EW 2 (Evil Within 2), ML (Mobile Legend) dan lainnya. Mereka sangat aktif di sosial media. Tidak cukup satu akun. Identitas merekabanyak tersebar di Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lainnya.
Kedua, menyukai film horor yang mengerikan seperti Happy Death Day, IT Anabel, Final Destination dan lainnya. Jika kita anggap itu adalah film yang bisa bikin kita tidak enak makan dan minimbulkan ketakutan yang akut, mereka malah bilang seru dan menantang.
Ketiga, kebebasan berekspresi. Hal ini terlihat dari penampilan Kids Zaman Now yang tampil beda, kekinian, dan anti kekolotan. Mencontoh style terbarukan tanpa selektif kecocokan. Meniru penampilan artis kenamaan. Kalau kita dulu malu-malu untuk mengikuti pengaruh  kebaratan, hari ini mereka lebih vulgar dalam meniru dan menganut style kebaratan.
Keempat, keunikan komunikasi verbal menabrak kebakuan. Perkembangan komunikasi semakin hari semakin terbarukan. Munculnya istilah-istilah baru yang bahkan melabrak kaidah tata bahasa. Kadang bahasa itu hanya dimengerti oleh komunitas mereka saja.
Harus kita sadari bahwa perkembangan dan perubahan akan membawa kenyamanan dan ketidaknyamanan. Kita memetik manfaat dari perkembangan teknologi diantaranya informasi yang semakin cepat dan mudah didapat, sumber kreativitas, dan sarana silaturahim yang semakin meluas. Namun demikian ada bahaya yang mengancam berupa individualistis, materialistis dan degradasi moral.
Namun tidak semuanya tentang Kids Zaman Now identik dengan image negatif. Ada banyak potensi dan kemampuan dalam diri mereka. Kids Zaman Now sangat mumpuni dalam jaringan, menguasai perkembangan teknologi dan daya kritis yang baik.
Guru Zaman Now
Berbahagialah jika siswa kita termasuk ‘Kids Zaman Now’. Itu artinya anak kita melek dengan perubahan. Tidak usah terburu-buru untuk jengah dan marah. Memang kelakuan Kids Zaman Now selalu ada-ada saja. Menguji kesabaran kita. Namun Guru Zaman Now tentunya sudah bersiap untuk menghadapinya. Apa saja langkah yang dilakukan guru sebagai ikhtiar membersamai siswanya menghadapi tantangan zaman?
Pertama, melibatkan Allah dalam usahanya mendidik siswa. Bahwa Allah menggenggam hati setiap manusia. Seorang guru jangan kelewat pede (percaya diri) bisa memberikan hidayah dan menakhlukkan hati siswa. Lantunkan do’a dalam shalat atau pada lain kesempatan untuk memohon kepada Allah agar memberikan perlindungan kepada siswa. Seorang guru tidak akan membiarkan siswanya menghadapi tantangan zaman sendirian. Dia akan membersamai siswanya untuk bisa melewati tantangan itu.
Kedua, bekali diri dengan kesabaran. Perpanjang urat kesabaran. Seseorang yang sudah mewakafkan dirinya menjadi guru hendaknya memiliki azzam yang kokoh untuk menerima kondisi siswa bagaimana pun keadaannya. Menganggap mereka sebagai amanahnya. Sebagaimana ujaran Rahmat Abdullah, Seonggok kemanusiaan terkapar. Siapa yang mengaku bertanggungjawab? Bila semua pihak menghindar, biarlah saya yang menanggungnya. Semua atau sebagiannya”. Dia berusaha sekuat tenaga dan pikirannya mengupayakan kebaikan untuk siswanya. Mendidik sama artinya dengan berdakwah. Siswa adalah mad’u kita. Sebagai seorang da’i kita harus menerima bagaimana pun kondisi mad’u atau objek dakwah. Bahkan jika mereka melakukan dosa sekalipun, kita harusnya berani ambil tanggung jawab perbaikan itu. Pertajam ikatan emosional dengan siswa. Guru menginginkan kebaikan untuk siswa sebagaimana menginginkan untuk anak kandungnya. Memperlakukan siswa seperti anaknya sendiri. Bahkan jika menghukum pun, guru akan menghukum siswa seperti dia menghukum anaknya sendiri yang dengan penuh kasih sayang. Yang dihadapi guru adalah seorang manusia. Bukan robot yang selalu patuh pada perintah. Sebagai seorang manusia, terkadang ada penerimaan dan penolakan. Mendidik manusia itu tidak sekali jadi. Kadang harus berulang kali mengingatkan sebuah nilai namun ternyata dilupakan atau dilanggar. Seorang guru harus memiliki kesabaran seluas lautan agar tidak pernah habis atas kelakuan siswa.
Ketiga, meng-update diri pengetahuan tentang mereka. Untuk masuk ke dunia mereka kita terlebih dahulu tahu tentang dunia mereka.. Mengerti bahasa mereka supaya bisa berkomunikasi. Memahami karakternya supaya bisa mengambil sikap yang tepat. Bisa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini tidak sulit karena ini informasi yang tersebar secara massif. Hanya dibutuhkan kemauan untuk belajar.
Keempat, ajarkan komitmen. Hendaknya memiliki kesepakatan bersama tentang pentingnya nilai yang harus dijunjung tinggi. Ajarkan mereka tentang konsekwensi logis yang bakal diterima jika mereka melanggarnya. Mereka juga harus belajar menjadi pribadi yang berani menanggung resiko atas kelalaian. Dalam hal ini kita harus serius agar hal ini menjadi hal prinsip yang dipegang teguh.
Kelima, Melibatkan dalam proyek-proyek kegiatan positif sebagai bentuk kontribusi pada proyek kebaikan. Sibukkan mereka dengan hal positif. Sebagaimana kata Ali bin Abi Thalib “Jika kita tidak disibukkan dengan kebaikan, maka pasti kita disibukkan dengan keburukan”. Perbanyak aktivitas di dunia nyata. Ajak mereka berpikir tentang masalah bangsa dan menemukan solusinya. Ini membuat energi mereka terkonversi pada kegiatan positif dan tidak ada yang sia-sia. Seperti yang dilakukan M. Alfatih Timur, penemu situs www.Kitabisa.com yang telah menggugah dan menggerakkan kepedulian orang banyak untuk peduli kepada mereka yang membutuhkan. Menggalang dana untuk membantu sesama. Kemampuan itulah yang hendaknya kita manfaatkan untuk memaksimalkan potensi mereka sehingga bisa meledakkan prestasi.
Kepedulian bukan berarti membatasi. Namun lebih kepada mengarahkan. Berikan mereka kepercayaan untuk bertanggungjawab. Kepercayaan adalah kebutuhan dominan yang dihajati setiap orang. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan harus pula menjadi teladan yang bail. Menjadi pribadi yang sopan santun dan menjadi teladan bagi siswa. Bahwa mereka menjadikan kita sebagai tolok ukur. Segala tingkah laku guru menjadi cerminan siswa. Tampilkan kebaikan yang bisa menginspirasi.

Orientasi Surga
Orientas Guru Zaman Now adalah surga. Bagaimanapun kondisi jalan menuju surga haruslah dijalani. Mungkin perjalanan terasa berat dan kadang membuat kaki perih dan terluka. Namun dia tidak akan pernah berhenti sebelum tujuan. Hatinya siap menampung keluh kesah siswa. Dadanya lapang menerima tingkah polah siswa. Semuanya adalah bagian dari ikhtiar menjemput surga di depannya. Dia yakin bahwa Allah tidak hanya melihat hasilnya. Tidak ada yang sia-sia dalam usahanya. Bagian-bagian sulit semakin membuatnya percaya bahwa akan semakin manis pula hasil perjuangannya. Itu adalah kesempatan menambah pundi-pundi pahalanya. Guru Zaman Now terus istiqamah dalam membersamai Kids Zaman Now sebagai konsekwensi orientasi surganya. Bukan berarti Guru Zaman Now tidak pernah sedih dan berat dengan perjuangannya, namun dia berkeluh kesah dan mengadukannya kepada Allah semata.



Sinergi Keluarga
Membersamai Kids Zaman Now menghadapi tantangan zamannya tidak bisa dilakukan oleh guru saja. Harus ada sinergi dengan orang tua. Mengingat durasi siswa di rumah juga tidak sebentar. Faktor kedekatan dengan orang tua cukup memberikan penguatan siswa pada jiwanya. Limpahan kasih sayang orang tua yang mencukupi menjadi pondasi anak mengarungi zamannya. Orang tua jangan gagap pada perkembangan dan perubahan anaknya. Bersinergi bersama guru, orang tua dapat membersamai anak menggambar masa depannya. Usahakan orang tua melakukan komunikasi secara intesif. Hal ini untuk menjembatani kedekatan antara orang tua dengan anak.
Secara berkala, orang tua dapat mengomunikasikan perkembangan anaknya kepada guru. Sebaliknya, guru dapat secara periodik melaporkan kondisi anak ketika di sekolah. Sekali pun orang tua sibuk, hendaknya diusahakan bertemu langsung dengan guru untuk hal ini. Sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya. Dan jika anak mengetahui besar perhatian orang tua, dia mafhum bahwa orang tuanya sayang terhadapnya.

Bagaimana kondisi Kids Zaman Now sangat bergantung pada bagaimana kita membersamai mereka. Generasi muda adalah amanah yang dititipkan Allah kepada kita. Kelak, kita akan mempertanggungjawabkannya. Garansi surga jika kita bisa menunaikan amanah itu. Semoga kelak bisa reuni kembali di surga-Nya. Aamiin. 

Post a Comment for "Mendidik ‘Kids Zaman Now’"