Beginilah Perjuangan Kami Agar Jundi Mau Minum Obat Ketika Sakit
Sehat dan sakit adalah kuasa Allah. Keduanya akan dipergilirkan kepada
hamba-Nya. Kita hanya bisa berusaha, ujian datang jua dari Allah. Di bulan
April 2017, ujian datang menghampiri keluarga kami. Jundi, anak kami sakit.
Awalnya hanya kami duga panas demam biasa. Seperti yang sudah-sudah, ketika
panas kami biasakan minum air putih sebanyak-banyaknya. Agar tidak dehidrasi
yang mungkin saja mengundang sakit yang lebih berat lainnya. Atau diberikan
parasetamol penurun panas, agar tidak panas meninggi, yang dikhawatirkan
terjadi step.
Namun ketika panas itu sudah berlangsung selama 3 hari, akhirnya Jundi
dibawa periksa ke puskesmas. Diberi obat. Ada juga Sirup. Anjuran minum obat
sudah dicantumkan pada kemasan obat.
Namun kondisinya tidak sesuai yang kami duga. Dulu pernah Jundi sakit ringan,
seperti demam panas, atau pilek, tidak susah minum obatnya. Tapi yang sakit ini
kok susah ya minum obatnya.
Jundi bilang obatnya pahit, atau kecut. Hehe..sejak kapan obat atau sirup
kecut? Ini karena sebelumnya, kami beli jeruk. Ketika menyantap jeruk itulah,
ekspresi kecut terlihat dari wajah kami dan terlontar ‘kecut ya?’.
Mengupayakan Jundi minum obat, itu adalah pekerjaan besar saya dan isteri
ketika Jundi sakit masa-masa itu. Banyak hal yang kami lakukan agar Jundi mau
meminum obat
- Bujukan
Kami
pun sadar, bahwa apa pun yang dilakukan, lebih baik didasari kesadaran.
Termasuk minum obat. Karena itu, pertama sekali kami membujuk Jundi agar minum
obat dengan alasan supaya lekas sembuh.
“Diminum
ya obatnya...biar cepat sembuh”
“Nggak
mau...pait”
“Eh,
kata dokternya tadi apa? Kan minum obat biar cepat sembuh ya?”
“Enggak
mau, bunda. Kecut”
“Kalau
minum obat, cepat sembuh, bisa cepet main lagi loh...main ke sekolah, jalan-jalan
juga...Ya..”
“Nggak
mau...”
Dan
nada-nada bujukan seperti itulah kami lakukan kepada Jundi. Tapi lagi-lagi,
bujukan itu dimentahkannya. Kami pun belum berhasil dengan usaha ini. Semua
obat, belum bisa diminumkan.
- Iming-iming
Salah satu kesukaan Jundi adalah jalan-jalan pakai motor, mungkin seperti
anak-anak lainnya pula. Ini menjadi kesempatan kami sebagai jalan agar Jundi
mau minum obat.
“Abi
mau jalan-jalan loh. Mau ikut?”
“Mau..”
“Tapi
minum obat dulu ya..?”
“Nggak
mau”
Begitulah.
Selalu menolak untuk minum obat.
“Kalau
gitu, nggak usah ikut jalan-jalan ya”
“Ikut
jalan-jalan..”
Mau
jalan-jalan, tapi nggak mau minum obat. Selalu begitu. Sampai kemudian, agak
memaksa. Saya keluar rumah, Jundi masih tinggal di dalam rumah. Ketika saya
sudah keluar, baru kemudian Jundi mau untuk minum obat.
“Mau
minum obat...”
Alhamdulillah.
Akhirnya. Dan isteri pun langsung menyiapkan obat untuk Jundi. Jadilah,
walaupun dengan cara yang ‘kurang halus’ yang penting bagaimana Jundi mau minum
obat.
- Melalui “Pemaksaan”
Sebagai orang tua, tentu khawatir sekali ketika panas si anak nggak
turun-turun. Apalagi dalam jangka waktu yang lama. Maka orang tua harus
memikirkan apa lagi cara yang harus dipakai agar si anak mau minum obat,
sebagai ikhtiar menuju kesembuhan. Jika cara lain tidak mempan, akhirnya
langkah terakhir inilah yang diambil.
Kami pun harus tega. Mengambil langkah sedikit ‘memaksa’. Jadi waktu itu, kami
memberi ‘ancaman’ kepada Jundi, akan ditinggal sendirian di rumah jika tidak
mau juga minum obat.
“Jundi
mau minum obat nggak?”
“Nggak
mau..” sambil tangannya menutup mulut. Masih bersikeras tidak mau minum obat.
“Kalau
nggak mau minum obat, abi tinggal ya. Biar abi kurung di kamar. Tinggal di
kamar ya...”
“Nggak
mau. Mau ikut abi aja..”
“Abi nggak
mau ngajak. Biar Jundi sendiri”
“Mau
ikut...”
“Mau
minum obat ya..?”
“Nggak
mau abi..”
Kemudian
keluarlah saya dan isteri. Meninggalkan Jundi sendiri di kamarnya. Kali ini
meskipun Jundi sudah bilang mau minum obat, kami tidak segera menghampirinya. Biar
terlihat kesungguhannya mau minum obat.
“Abi..Jundi
mau minum obat. Abi..kesini. Ayo abi..kesini”
Saya masih
meneguhkan hati. Untuk tega. Untuk tidak membuka pintu kamar. Untuk tidak
segera menghampirinya.
“Bunda,..Jundi
mau minum obat. Bunda...kesini..”
Setelah
beberapa kali memanggil kami, baru kemudian kami masuk kamar. Menghampiri Jundi.
Tidak langsung mempersiapkan obat. Kami berusaha memberikan pemahaman kepada Jundi.
“Jundi
mau minum obat ya..?”
“Iya
bunda..”
“He-eh.
Obatnya diminum ya. Biar cepat sembuh. Biar nggak panas lagi kan ya..?”
“Iya
Abi..”
Tentu dengan hati yang teriris-iris, antara tidak tega mengancam dengan
kondisi anak yang semakin kritis. Teringatlah saya ketika itu Jundi nangis
semakin kuat, semakin melemah tenaganya, padahal harus melawan panas tubuhnya
pula.
Semua itu
butuh waktu. Waktu jua yang memberitahukan semuanya. Sampai pada akhirnya
setelah beberapa kali minum obat, Jundi bisa menilai rasa obat yang yang memang
tidak pahit. Kemudian Jundi tidak lagi harus dibujuk atau bahkan diancam ketika
tiba jadwal minum obat. Sudah tau gimana rasanya obat; manis-manis gimana gitu.
Akhirnya tahu juga. Bahkan kemudian, sering Jundi yang meminta untuk minum
obat. Meminta nambah takaran obat yang diberikan, yang tentu saja ditolak oleh
bundanya.
Alhamdulillah,
sesudah 7 hari demam panas, akhirnya berangsur-angsur pulih kesehatannya. Panasnya
turun. Kemudian berangsur-angsur sehat. Kembali seperti sedia kala. Ceria lagi.
Dan main bendera lagi.
Post a Comment for "Beginilah Perjuangan Kami Agar Jundi Mau Minum Obat Ketika Sakit"
Kata Pengunjung: