Mi Instan
Banyaknya
tugas dan kegiatan di perkuliahan membuat mahasiswa membutuhkan hal-hal yang
cepat atau instan, termasuk dalam hal makanan. Salah satu makanan yang menjadi
favorit mahasiswa adalah mie instan. Mudah, murah, dan enak. Itulah alasan mengapa banyak
orang menyukai mi instan. Tinggal dimasak sebentar atau bahkan hanya perlu
diseduh air panas. lapar dihilangkan, perut yang keroncongan terselamatkan.
Mahasiswa banyak diuntungkan dengan adanya mi instan yang dengan instan mampu memenuhi kebutuhan akan makan yang mendesak. Karena itu, mahasiswa perlu sangat bersyukur dengan adanya mi yang siap ketika dibutuhkan, dan tersedia saat memerlukan. Disaat mendesak atau pun senggang. Tidak bisa dipungkiri, mie telah berperan besar dalam membesarkan dan mengantarkan mahasiswa hingga wisuda.
Berikut beberapa kondisi yang menyebabkan mahasiswa butuh untuk
mengonsumsi mie instant.
1. Saat tugas menumpuk hingga mengharuskan mahasiswa begadang,
2. Mau makan sementara sambal (lauk) belum dibeli
3. Pulang kuliah kemalaman sehingga warung makan sudah tutup
4. Malas memasak (bagi yang biasa masak)
Penyebab konsumsi mi tidak selalu karena desakan isi kantong. Ada anggapan makan mi baru dilakukan jika isi kantong tidak bersahabat. Sebab, makan mi berkaitan dengan selera. Ada uang atau tidak, kalau selera menuntut maka perlu dipenuhi.
Mi
instan ternyata mengandung zat-zat yang berbahaya jika kadarnya berlebihan dan
cara konsumsi yang salah. Oleh karena itu perlu pengetahuan tentang komposisi
bahan yang terkandung dalam mie dan juga cara mengonsumsinya. Berikut panduan
yang perlu diperhatikan saat mengonsumsi mi instan.
1.
Saat makan mie usahakan mengombinasikan
dengan asupan gizi lainnya seperti protein (telur) atau serat (sayur) dan bukan
malah dengan nasi sebab mie instan terbuat dari tepung gandum yang memiliki
kandungan karbohidrat yang sama dengan nasi yang jelas-jelas mengandung
karbohidrat.
Prof C Hanny Wijaya, Food Science Expert dan
Head of Food Chemistry Division IPB, mengatakan bahwa makan mi instan
setiap hari tak masalah asalkan jangan melupakan asupan buah, sayuran, dan
protein. akan tetapi jangan juga sepanjang hari makan nasi dan mie tanpa
mengasup kebutuhan gizi lainnya. Beliau menegaskan asalkan kebutuhan nutrisi
dapat dijaga seimbang maka
tidak masalah. (http://lifestyle.infospesial.net/read/1543/tips-aman-konsumsi-mie-instan.html/25-1-2012)
2.
Jangan makan mi instan bersamaan dengan nasi. Nah, lo?
Padahal selama ini pasangan mi ‘kan nasi?
Pernyataan ini disampaikan oleh Susana STP, MSC, PD Eng, Head of Nutrifood
Research Center Division Tropicana Slim yang mengatakan jika makan mi baik
sebagai camilan atau makanan utama sebaiknya jangan dimakan bersamaan dengan
nasi. Sebab, satu bungkus mi instan mengandung sekitar 200 kalori. Sementara
100 gram nasi seporsi semangkuk kecil mengandung 300-400 kalori. sehingga, kita bisa kelebihan kalori dan asupan
karbohidrat jika membiasakan makan mi instan bersamaan dengan nasi. Apalagi
jika tak dibarengi pola makan gizi seimbang, cukup protein, dan serat dari buah
serta sayuran.
3.
Usahakan
memberi jarak waktu untuk makan mi. Beri jeda saat mengonsumsi mi. Misalnya dua
hari sekali atau lebih. Agar kandungan mi yang dimakan benar-benar telah habis
di dalam pencernaan kita.
4.
Masak mi
dengan cara memasak yang aman. diantaranya adalah dengan :
a.
Menggunakan
air yang mendidih yang banyak.
Beberapa waktu lalu ada informasi yang menyebutkan adanya
lapisan lilin pada mi. Meski keberadaaannya masih menjadi perdebatan, alangkah
baiknya jika berjaga-jaga memasak mi dengan cara yang aman. Jerang air yang
banyak hingga mendidih, lalu bagi ke dalam dua tempat berbeda. Masukkan
mi ke dalam panci pertama dan didihkan kembali. Panci pertama ini fungsinya
untuk mencuci kandungan antilengket lainnya yang terdapat pada mi instan.
Setelah matang, pindahkan mi yang telah "dicuci" itu ke dalam panci
kedua, lalu didihkan kembali.
b.
Jangan gunakan tempat
plastik saat memasak mi. Misalnya hindari menggunakan mangkuk plastik pada saat
merendam mi ke dalam air mendidih.
Meskipun mayoritas mahasiswa tahu bahwa mie
mengandung zat-zat yang berbahaya tetap saja mahasiswa mengonsumsi mie instan.
Selain karena alasa-alasan tersebut (mudah didapat, murah, dan mudah dapat
penyajian) rasanya yang enak juga disenangi oleh mahasiswa. Bahkan tidak jarang
mahasiswa yang meski dompetnya tebal sehingga mampu membeli lauk untuk
makannya, dia tetap tertarik untuk mengonsumsi mie.
Saya memiliki sebuah contoh yang fatal akibat makan mi dengan cara yang
tidak benar. Kejadian itu dialami oleh sahabat saya. Sehabis pulang kampung,
dia membeli mi satu kardus. Sebagai cadangan agar sewaktu-waktu ingin memasak mi tinggal ambil saja. Selain
itu, dengan membeli mi dengan jumlah yang banyak maka harga lebih murah.
Beberapa hari lamanya dia mengonsumsi mi sepanjang hari, pada waktu
makannya makan pagi, siang, dan malam dengan cara penyajiannya yang berbeda-beda;
digoreng atau di rebus. Mi tersebut dimakan hanya dengan nasi saja. Esok
harinya, perutnya kembung yang berujung pada muntah-muntah. Isi perut yang
dimakannya keluar kembali. Badannya kuyu, pucat. Meski banyak mengeluarkan isi
perutnya, selera makannya hilang. Tidak bernafsu untuk makan. Hingga akhirnya
dia dibawa ke rumah sakit. Disanalah baru ketahuan kalau asupan gizinya yang
kurang. Dokter pun mengatakan bahwa mi itulah yang menjadi penyebabnya. Hari
itu juga dia di rawat di rumah sakit. Setelah diinfus dan diberi makanan dengan
asupan gizi yang cukup, dia berangsur-angsur kembali sehat. Dua hari saja
dirawat di rumah sakit, kemudian dia diperbolehkan pulang. Sejak saat itu, dia
kapok untuk makan mi lagi kecuali dalam keadaan darurat.
Mitos makan mi:
Jangan banyak makan mi nanti rambutnya keriting. Mitos yang tidak
benar. Makan mie tidak berpengaruh pada penampilan fisik kita.
Post a Comment for "Mi Instan"
Kata Pengunjung: