[No title]
Kembali ke Zaman Batu??
Benarkah katanya di zaman ini semuanya serba canggih? Serba mesin serba instan? Serba elektrik? Dan benarkah setiap kita sudah merasakan dan menerapkan kecanggihan teknologi itu? Nyatanya kalau kita lihat lagi dalam kehidupan sehari-hari sengaja atau tidak. Terpaksa atau sukarela belum mencermainkan kondisi seperti yang digembar-gemborkan.
Terlebih di Universitas Andalas, bberapa fasilitas dan manajemen pengelolaan kampus belumlah mencerminkan masuknya teknologi di sana. Sebutlah misalnya system pengelolaan bus, pendaftaran dan pelayanan keuangan mahasiswa, praktikum.
1. System pengelolaan bus kampus
Unand masih menggunakan system absensi manual untuk piket supir bus kampus. Jadi, absen bapak supir) dilakukan di pool bus yang bisa jadi ada manipulasi jumlah operasi yang dilakukan.
Telihat dari tidak seimbangnya kemampuan eroperasi bus dibandingkan dengan jumlah bus yang dimiliki Unand.
Gerbang masuk. Dilewati bus kampus dan pengunjung kampus (mahasiswa, dosen karyawan dan penduduk) langsung masuk saja, tanpa adanya pemeriksaan seperti beberapa waktu lalu yang diberlakukan ketentuan masuk kampus; kartu pas. Dulu diberlakukan karena kondisi yang sedikit tidak kondusif. Baru diberlakukan control masuk parker.
2. Pendaftaran mahasiswa
Yang perlu soroti adalah mengenai pendaftaran ulang. Baik maba (mahasiswa baru) maupun mala (mahasiswa lama) dan juga mapala (mahasiswa paling lama). Mendaftar secara on line sudah tetapi daftar ulangnya harus isi ini itu di auditorium. Membludak tentu saja. Ngantri. Tapi eskipun begitu, kondisi ini masih terkontrol karena manajemen Unand yang berkualitas. Tapi tentu aka nada penghematan yang luar biasa seandainya mampu memaksimalkan teknologi yang ada.
3. Praktikum
Di Fakultas MIPA, ditemui di semua jurusan yang masih menggunakan mesin tik untuk penulisan laporan praktikum. Kayak masih di zaman batu aja. Tik..tik…tik… sering-sering begadang jadinya padahal praktikum Cuma 1 SKS tapi pengorbanannya seakan 4 SKS. Berlembar-lembar, baik laporan awal maupun laporan akhir. Ketika ditanya alasan kenapa masih memakai mesin tik dalam penulisan laporan, asisten menjawab agar tidak ada yang copy paste dalam pembuatannya. Meski ada yang jawab ini kan sudah dari dulu, dan saya hanya meneruskan. Hmm…
Sebenarnya, ada efek negative dari system ini. Ketika ditanya ke beberpa kawan dan senior (sselain dari perasaan diri) kebanyakan sepakat bahwa dengan system ini ternyata menghabiskan waktu yang banyak dalam proses pembuatan laporan sehingga kadang tidak focus dalam memahami isi laporan yang dibuat. Malahan, ada yang tidak paham atau sempat memahami isi lapoiran/praktikum. Sampe larut malam membuat/mengetik juga mengakibatkan esoknya jadi mengantuk. Belum lagi yang kesana kemari mencari bahan laporan. Jadi, dimana pertimbangan keefektifan praktikum yang dilakukan?
Alangkah bijaknya jika site mini dialihkan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Dan konsekwensinya, asisten menekankan dengan sangat kepada praktikan untuk menguasai materi praktikum. Dan misalnya, bagi yang tidak menguasai dapat dikeluarkan atau diberi sanksi tertentu. Sehingga praktikan akan berusaha untuk lebih memahami dan menguasai bahan praktikum. Ini lebih mempertimbangkan penguasaan praktikum yang dilakukan, sehingga praktikum meninggalkan bekas.
Benarkah katanya di zaman ini semuanya serba canggih? Serba mesin serba instan? Serba elektrik? Dan benarkah setiap kita sudah merasakan dan menerapkan kecanggihan teknologi itu? Nyatanya kalau kita lihat lagi dalam kehidupan sehari-hari sengaja atau tidak. Terpaksa atau sukarela belum mencermainkan kondisi seperti yang digembar-gemborkan.
Terlebih di Universitas Andalas, bberapa fasilitas dan manajemen pengelolaan kampus belumlah mencerminkan masuknya teknologi di sana. Sebutlah misalnya system pengelolaan bus, pendaftaran dan pelayanan keuangan mahasiswa, praktikum.
1. System pengelolaan bus kampus
Unand masih menggunakan system absensi manual untuk piket supir bus kampus. Jadi, absen bapak supir) dilakukan di pool bus yang bisa jadi ada manipulasi jumlah operasi yang dilakukan.
Telihat dari tidak seimbangnya kemampuan eroperasi bus dibandingkan dengan jumlah bus yang dimiliki Unand.
Gerbang masuk. Dilewati bus kampus dan pengunjung kampus (mahasiswa, dosen karyawan dan penduduk) langsung masuk saja, tanpa adanya pemeriksaan seperti beberapa waktu lalu yang diberlakukan ketentuan masuk kampus; kartu pas. Dulu diberlakukan karena kondisi yang sedikit tidak kondusif. Baru diberlakukan control masuk parker.
2. Pendaftaran mahasiswa
Yang perlu soroti adalah mengenai pendaftaran ulang. Baik maba (mahasiswa baru) maupun mala (mahasiswa lama) dan juga mapala (mahasiswa paling lama). Mendaftar secara on line sudah tetapi daftar ulangnya harus isi ini itu di auditorium. Membludak tentu saja. Ngantri. Tapi eskipun begitu, kondisi ini masih terkontrol karena manajemen Unand yang berkualitas. Tapi tentu aka nada penghematan yang luar biasa seandainya mampu memaksimalkan teknologi yang ada.
3. Praktikum
Di Fakultas MIPA, ditemui di semua jurusan yang masih menggunakan mesin tik untuk penulisan laporan praktikum. Kayak masih di zaman batu aja. Tik..tik…tik… sering-sering begadang jadinya padahal praktikum Cuma 1 SKS tapi pengorbanannya seakan 4 SKS. Berlembar-lembar, baik laporan awal maupun laporan akhir. Ketika ditanya alasan kenapa masih memakai mesin tik dalam penulisan laporan, asisten menjawab agar tidak ada yang copy paste dalam pembuatannya. Meski ada yang jawab ini kan sudah dari dulu, dan saya hanya meneruskan. Hmm…
Sebenarnya, ada efek negative dari system ini. Ketika ditanya ke beberpa kawan dan senior (sselain dari perasaan diri) kebanyakan sepakat bahwa dengan system ini ternyata menghabiskan waktu yang banyak dalam proses pembuatan laporan sehingga kadang tidak focus dalam memahami isi laporan yang dibuat. Malahan, ada yang tidak paham atau sempat memahami isi lapoiran/praktikum. Sampe larut malam membuat/mengetik juga mengakibatkan esoknya jadi mengantuk. Belum lagi yang kesana kemari mencari bahan laporan. Jadi, dimana pertimbangan keefektifan praktikum yang dilakukan?
Alangkah bijaknya jika site mini dialihkan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Dan konsekwensinya, asisten menekankan dengan sangat kepada praktikan untuk menguasai materi praktikum. Dan misalnya, bagi yang tidak menguasai dapat dikeluarkan atau diberi sanksi tertentu. Sehingga praktikan akan berusaha untuk lebih memahami dan menguasai bahan praktikum. Ini lebih mempertimbangkan penguasaan praktikum yang dilakukan, sehingga praktikum meninggalkan bekas.
Post a Comment for " "
Kata Pengunjung: